Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2016

Jogja

Hi jogja! Maaf kita masih belum bisa bertemu. Sekali lagi, aku mengingkari janjiku untuk menemuimu bulan ini. Ternyata tuhan punya kehendak lain dari sekelumit harapan yang sudah sejak lama kita bangun. Tangan tuhan belum menakdirkan kita bertatap muka saat ini. Dia menginginkan ku berjalan sedikit lebih panjang dari yang lain. Menginginkan ku menemui yang lain dulu,baru dirimu. Entah diizinkan atau tidak, yang jelas saat ini aku masih berjalan menelusuri jalan setapak, trotoar, hingga hutan yang sunyi tanpa penghuni. Perjalanan itu tak serta merta ku hentikan begitu saja. Jangan cemas,lambat laun aku pasti akan sampai ke sana. Aku selalu menyebut namamu disela-sela doa panjang ku. Di sela duhaku, disela tahajudku. Tetapi bukankah kita yang berencana tuhan yang memutuskan? Lalu, aku membayangkan suatu hari nanti kita dipertemukan secara tak sengaja. Hingga tubuh ini gemetar tak tertahan, detak jantungku berima tak karuan. Bibirku pucat pasi dan kau yang menopang kegugupan liar i

Allah

Ya allah ampuni hamba yang membiarkan perasaan seperti ini hadir. Ada sedikit kecemburuan hati saat hamba membaca percakapan grup itu. Hanya sedikit. Tak bolehkah? Hamba bukan menyesali takdirmu,sungguh. Toh,semua ini juga belum selesai adanya. Hamba hanya merasa... ah,sudahlah. Mereka punya jalan masing-masing. Dan hamba tentu punya jalan tersendiri juga. Ya Rabb, yang maha pembuat skenario terbaik. Berikan hamba keikhlasan yang tak pernah terkikis oleh kecemburuan seperti apapun. Karena keyakinan hamba atas takdir baikmu tak boleh luntur oleh sedikit cobaan ini. Semua ada waktunya. Mohon bersabarlah,mona. Kau hanya perlu bersabar.

Puisi singkat

Aku belajar dari ketidaksesuaian. Bahwa aku kamu tak selalu jadi air yang menyerupai wadahnya. Jangan membenarkan prasangka. Sebab kenyataan bisa saja berbalik 180 derjat. Entah apa pasalnya,aku begitu menikmati tiap ketukan patah hati saat aku jatuh cinta Tiba-tiba aja hujan Tiba-tiba aja rindu Tiba-tiba aja nangis

H-1

Lama sudah kerinduan ini ku tutupi. Lama sudah kerinduan ini ku kendalikan agar tak ada orang yang tahu bahwa kemarin,sekarang,dan esok aku slalu merindui. Lumuran dosa yang ku miliki tak cukup menjadi alasan betapa aku merindui pertemuan dengannya. Ia terselip dari 12 bunga itu. Dia benar-benar berbeda. Takkan pernah kau jumpai setiap waktu. Ia ada dan hanya untuk orang-orang yang merinduinya.

Pagi

Pagi ini, sekitar pukul 9. Ketika sinar uv masih mengeluarkan sinar baiknya. Aku, kembali mendengar ucapan mama. Ah,bukan sekedar ucapan. Tapi bisa dikatakan curahan hati. Diumurnya yang tak muda lagi. Hingga sekarang,mama masih menanggung beban yang besar,tepatnya lebih besar dari apa yang ku katakan hari ini. Sorot mata mama terlihat semakin lelah, membuat hatiku sedikit pilu menatapnya. Sesekali pelupuk mataku hampir tumpah. Cepat-cepat ku hapus biar take terlihat