Postingan

Menampilkan postingan dari 2017
Ngapain harus ikut aksi? Banyak Yang sedang berjuang, tapi banyak juga yg merasa acuh tak acuh. Memangnya aksi itu bakan bikin palestina merdeka? Tidak. Memang Tidak. Iman kita terlalu rapuh jika kita harus disuruh berjihad kesana. Layaknya kisah-kisah org munafik yg diabadikan di al-quran ketika mereka memilih tinggal saat Allah perintahkan until berperang "Dan apabila diturunkan suatu surat (yang memerintahkan kepada orang munafik itu): "Berimanlah kamu kepada Allah dan berjihadlah beserta Rasul-Nya", niscaya orang-orang yang sanggup di antara mereka meminta izin kepadamu (untuk tidak berjihad) dan mereka berkata: "Biarkanlah kami berada bersama orang-orang yang duduk".(Q.S at-taubah 9:86) Aksi itu adalah bentuk bersatunya umat Muslim. Agar org yahudi itu lihat bahwa kami umat Muslim tidaklah sedang "tertidur". Kami bersatu Karena iman. Kami bersatu until saudara kami palestina. Kami bersatu until al-aqsa kiblat peryama kami. Dan kami bersatu k

Kemudahan

Kemudahan-kemudahan itu selalu datang dengan tiba-tiba. Disaat paling terburuk. Disaat kita nggak punya daya apapun lagi. Lalu kemudahan Allah datang penuh kejutan. Yang awalnya kita diberi cobaan, tetapi sebenarnya Allah lagi sibuk nyiapin 'surprise' buat kita. Semakin berat cobaan itu semakin besar juga surprise yang akan kita terima. Siap-siap ya. Yang merasa lagi banyak cobaan bentar lagi dapat banyak surprise dari Allah. Cimiwiw. Ah, banyak hal yang sudah kita lewati. Setiap hari, setiap waktu. Jadi kepikiran yang dulu-dulu eh baru ketahuannya sekarang "oh gini ya maksudnya, oh gini ya hikmahnya" Lucu sih kalau diingat-ingat. Jadi merasa makin bersyukur harusnya. Ternyata skenario Allah itu seindah ini. Nggak nyangka aja. Jalan pikiran kita inginnya ke A, eh Allah maunya ke B. Ternyata yang A itu cuma nikmat dunia. Sedangkan yang B itu nikmatnya komplit. Dapat nikmat akhirat, bertemu dengan sabar, temenan sama syukur, sahabatan sama ikhlas. Banyak pelajaran

Alasan

Saya yakin, selalu ada alasan dalam sebuah pertemuan. Entah itu pertemuan yang singkat atau lama. Misalnya, sekedar berpapasan lalu saling melempar senyum. Atau yang sudah kenal jauh-jauh hari. Bahkan sampai berteman bertahun-tahun. Selalu ada alasan. Tanpa disadari, banyak dari mereka yang berhasil merubah hidup kita. Maksud saya, lewat mereka Allah mungkin menitipkan beberapa kejadian. Boleh saya meminta kamu mengingatnya?  Siapa saja temanmu yang termasuk ke dalam kategori yang ku sebutkan tadi? Ingatan itu seakan membawamu ke beberapa tahun silam. Saat semuanya belum seperti ini. Seperti dalih "jika berkawan dengan penjual parfum, maka bau wanginya sedikit banyak mengenai kita. Pun berkawan dengan tukang besi, hitam besinya bisa saja ikut mengenai baju kita" Jika kamu bilang bahwa kamu bisa hidup tanpa orang lain. Itu salah. Kita butuh orang lain disekeliling kita. Orang yang membenarkan langkah kita ketika salah. Orang yang mengkritik tapi tidak menjatuhkan. O

Menulis itu?

Dulu, saya ingat sekali bagaimana priotitas menulis ini menjadi salah satu andalan tersendiri bagi saya. Semua berjalan begitu mulus dan lancar. Hingga suatu hari, kesibukan lain mulai menjadi tabir untuk saya produktif dalam menulis. Sudah beberapa pekan ini, kesibukan saya di dunia nyata benar-benar mengalihkan perhatian saya. Sama sekali tidak ada tulisan, sama sekali tidak ada bacaan. Ternyata benar, saat saya mencoba lagi untuk menulis, kemampuan saya nyaris hilang. Kaku. Lambat. Tidak ada ide sama sekali. Ah, ada apa ini ya Allah? rasanya setengah dari jiwa saya ikut menghilang, energi dalam diri saya juga tidak senekat dulu. Rasa gairah itu mulai memudar. Ternyata benar, menulis itu adalah kebiasaan. Jika tidak biasa, ya tidak bisa menulis. Nggak perlu punya skill handal dulu. Sering-sering aja nulis pasti bisa nulis. Lalu jangan lupa imbangi dengan membaca. Karena tanpa bacaan kosa kata kita juga bakalan hampa. Gitu ajasih.

Antara cinta dan muara kehidupan

Berbicara tentang cinta, berarti berbicara mengenai hampir dari seluruh hidup kita. Saat usia sudah matang. Rasanya banyak sekali hal-hal yang mesti kita pertimbangkan. Tentang menuruti. Membagi. Memahamkan. Atau sekedar memberitahu. Kita sadar , bahwa cinta memang mengambil peran yang sangat besar dalam setiap episode hidup. Orang yang dulunya jahat bisa berubah jadi baik. Pun, sebaliknya. Orang yang dulunya biasa saja bisa berubah jadi luar biasa. Pun, sebaliknya. Perubahan-perubahan itu wajar sebenarnya. Ketika kita berusaha menyanggupi dan memberikan yang terbaik untuk cinta. Selama ini kita sudah cukup berkelana terlalu jauh. Menghabiskan banyak tenaga yang terkadang membuat kita terduduk lemas. Dari hari ke hari sepertinya kesibukan membuat kita harus melupakan banyak hal. Tentang iman, amal dan ibadah yang sering terbengkalai. Semuanya kita pukul rata. Begitupun dengan saya. Saya pernah berada diposisi antara memilih cinta dan keinginan diri sendiri. Mereka tiba-tiba berta

Apa yang kita cari?

Nggak pernah ada kata puas ketika kita melakukan sesuatu itu untuk kehidupan dunia. Nggak pernah ada kata selesai ketika pekerjaan itu tidak lagi diniatkan untuk Allah. Semakin diisi semakin kosong. Semakin dicari semakin hilang. Begitu kira-kira. Rumus paling pas yang harus kita konsepin dalam otak kita. Bahwa pencapaian dunia itu nggak pernah ada habisnya ketika kita turuti nafsu itu dengan bebas. Apalagi kita tahu, bahwa nafsu itu cenderung k arah keburukan. Nggak mudah memang ketika kita dihadapkan atas 2 pilihan yang menguji iman. Manakala kesenangan dunia ada didepan mata, tapi tak menjanjikan apa-apa untuk akhirat. Atau, kesusahan yang bertubi-tubi namun menambah kecintaan kita kepada Allah. Apakah sanggup memilih antara itu? Maka mulailah menata hati. Agar genggaman itu tak mudah goyah. Sekalipun terpaan angin mungkin akan selalu datang kapan saja. Jangan sedikit-sedikit galau, sedikit-sedikit dendam. Suka ngomongin keburukan orang. Baperan. Dll semisalnya. Padahal bany

Sore sabtu itu

"Keadaan sulit itu bukan karena Allah nggak sayang. Tapi karena Allah lagi negur kita, mungkin" Pagi itu setelah pulang dari puskesmas saya membuka chat WA group liqo. Rencananya sore ini kami akan mengadakan liqo di pantai tempat wisata di kota kami. Karena tidak begitu jauh jaraknya dari kediaman. Dengan suasana badan yang masih lelah sehabis dinas di puskesmas semalam dan baru pulang pagi ini. Ada rasa malas terbesit dihati saya. "Ah, sore ini ijin dulu deh. Takutnya nanti badan tumbang kalau dipaksain. Kan semalam nggak tidur sama sekali jagain pasien". Begitu batin saya. Sampai di kos, beres2, cuci baju, dll. Ba'da zuhur setelah selesai makan. Sekitar pukul 3 sore saya ketiduran. Waktu berlalu, eh udah jam 6 sore aja. Saya kaget. Pemberitahuan whattsap banyak banget. Saya lihat ternyata akhwat udah pada ngumpul di pantai. Nggaktau kenapa langsung pengen nyusul. Siap2 langsung cus k tempat liqo. saya semangat nyusul karena juga pengen main dipantai. H

Yakin?

Meski sudah berusaha, tetap saja ada takdir yang tidak sesuai dengan pilihan kita. Meski sudah berdoa, beberapa dari keinginan kita belum juga terwujud. Bukan Allah nggak sayang. Cuma mau liat aja, mana sih hamba-Nya yang sabar? Oh ini.. Bukan Allah pilih kasih. Cuma mau liat aja, mana sih hamba-Nya yang bersyukur? Oh ini.. Rumusnya gitu aja. Sederhana sih, tapi nggak mudah. Banyak air mata, banyak tekanan, banyak ujiannya. Yang cuma bisa nguatin kita dalam prosesnya siapa? Allah. Iya, Allah. Yakin masih mau jauh-jauhan sama Allah?.

Edisi dinas (2)

Tepat dihari ketujuh saya melakukan rutinitas seperti ini. Rutinitas yang cukup menguras tenaga, mungkin. Separuh hari saya, saya habiskan di Rumah Sakit ini. Mengumpulkan bekal, demi kebermanfaatan kelak dimasa depan. Ternyata disinilah sebenarnya saya sedang diuji. Diuji dengan sedikit kesibukan. Diuji sedikit dengan kelelahan . Rutinitas ini berhasil menggagalkan semua targetan yang selama ini saya jaga. Saya akui, semua amalan yaumi saya berantakan. Dan akibatnya? akhir-akhir ini saya ngeluh aja, khawatir aja, gelisah aja, nggaktau arah aja. Aku iri, sungguh iri Wahai Allah, ternyata menjaga amalan ditengah kesibukan dunia itu lebih berat daripada menahan rasa malas mengerjakannya. Lalu bagaimana dengan mereka yang tetap mampu istiqamah dengan amalannya  saat Allah uji mereka 24 jam dengan pekerjaan? Ah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang memiliki tempat terbaik dihari akhir.
Kadang tidak semua orang paham dengan diri kita. Tawa yang ia perlihatkan, sesungguhnya ada kesedihan yang ia simpan. Semakin lama semakin dalam. Semakin lama semakin tak tertahankan. Banyak wajah yang ia tunjukkan. Namun, wajah itu tak benar-benar seperti itu. Ia terkadang berbalik 180 derajat.

Masa lalu

Ada yang tetap tinggal meski seringkali dilupakan. Ada yang manis sekali. Ada yang pahit. Ada yang bisa diambil pelajaran meski sudah jauh-jauh hari terjadi. Ada yang diam-diam masih menyimpannya rapat di lubuk hati. Begitulah masalalu. Punya jalan cerita dan endingnya masing-masing. Setiap orang tidak akan pernah sama. Meski terkadang ada yang bilang "oh, aku juga pernah ada kok diposisi kamu" Tapi itu nggak bakal sama. Nggak bakal. Karena Allah itu Maha Luar Biasa. Jadi setiap orang itu dikasih skenario yang nggak mungkin ada yang sama. Sebab kebutuhan dan keperluan diri seseorang itu juga pasti berbeda-beda.

Berprasangka baik

Berprasangka baik adalah satu dari sekian cara kita meyakini kebaikan Allah. Ditengah urusan-urusan dunia yang rasanya tidak pernah selesai. Allah menghadirkan ketenangan diantara itu. Meredakan rasa khawatir dan ketakutan kita. "Nanti saya harus bekerja dimana?" "Mau jadi apa kalau kuliah saya jurusan ini?" "Lulusan ini kan udah banyak?" Pertanyaan-pertanyaan itu sebenarnya menyebalkan . Namun, dari sana kita belajar yakin. Yakin kalau rezeki Allah itu nggak melulu soal h arta. Yakin kalau ridho Allah itu lebih dari apapun yang sedang kita tuju. Dari sekian banyak keresahan, menunjukkan betapa kita terlalu memiliki hati yang lemah. Padahal Allah kan udah bilang "Aku berdasarkan prasangka hamba-Ku". Kalau kita mikirnya yang jelek terus tentang hidup kita, ya bakalan jelek kenyataannya. Tapi kalau kita mikir yang baik-baik aja, pasti kenyataannya juga baik-baik aja. Allah lho yang ngatur hidup kita. Dzat Yang Maha Sempurna. Yang Maha Penga

Edisi dinas

Berinteraksi setiap hari dengan pasien membuat saya harus lebih menyadari makna dari sebuah kesehatan. Memperhatikan mereka yang hanya bisa berbaring lemas ditempat tidur. Tidak bisa beraktifitas dengan bebas. Semua dibatasi. Bagi saya, pentingnya kesehatan disini bukan hanya menjaga pola makan. Bukan hanya istirahat yang cukup. Atau sekedar olahraga rutin. Tetapi lebih memaknai bahwa mengganggap penting kesehatan itu dengan mensyukuri apa yang sudah kita rasakan hari ini. Syukur terus sama Allah. Syukur terus sama Allah. Syukur terus sama Allah. Boleh jadi apa yang sedang kita jalani hari ini adalah sesuatu yang sangat orang lain inginkan. Kesehatan kita, misalnya.
Begitu mulia peran seorang perempuan. Sebab itu, carilah ilmu yang tidak pernah kita butuhkan sebelumnya. Carilah amal diwaktu-waktu yang tidak pernah terduga. Dan pupuklah iman, sekalipun disaat tersempitnya  . Karena kita adalah penentu dan ujung tombak generasi bangsa. Selamat berjuang dan kembali memulai semuanya dari awal untuk masa depan yang lebih baik.
Tidak ada yang salah dengan pengusahaan kebahagiaan diri sendiri. Itu mutlak penghargaan mulia tentunya, ketika kita bisa mengemasi keburukan kita dulu, untuk bahagia.  Apapun yang berjalan disekeliling kita ialah cermin. Tidak perlulah segala hal harus terjadi dikehidupan kita dulu, baru kita mau mengambil pelajaran. Kita tidak hidup seorang diri. Kita bisa belajar dari kehidupan orang lain. Entah dari keberhasilannya atau kegagalannya. Tatakala ada Allah, semoga apa-apa yang lemah selalu terkuatkan, apa-apa yang goyah kembali dieratkan.
Layaknya kisah yang seutuhnya kita serahkan pada Allah. Seharusnya begitu juga dengan rasa sabar dan syukur atas menjalaninya. Atas rasa pahit yang tidak terkendali. Atas rasa kecewa yang berkali-kali . Jalan ini sungguh masih panjang dan masih sangat jauh. Jalan ini jalan yang sedikit pengikutnya. Jalan ini penuh onak dan duri. Jalan ini banyak air matanya. Banyak penolakan, banyan ketidaksukaan. Tetapi apa yang membuat mereka tetap tersenyum dan bertahan wahai Allah?

Akan ada masanya

Akan ada masanya kau mengerti dan paham. Lalu tertegun atas kejadian yang selama ini mungkin sempat kau kutuki.  Atas takdir yang tak sesuai pilihan. Atas kenyataan yang tak sesuai harapan. Ternyata, semua itu hanyalah sedikit dari rangkaian cara-Nya mendidik kita. Mendidik rasa sabar, rasa syukur dan rasa bahwa, ternyata hidup ini memanglah bukan dalam kendali kita. Ada Allah yang menentukannya. Ada Allah yang menetapkannya. Maka, segala ikhtiar dan doa apapun yang kita lakukan dan panjatkan. Tetaplah berserah kepada Allah. Berserahlah, dengan sebaik-baik prasangka.
Setiap raut bahagia seseorang boleh jadi menyimpan seribu luka di dalamnya. Tidak ada yang tahu pasti bagaimana dan seperti apa luka itu. Tidak ada yang benar-benar paham berapa lama dan sampai kapan luka itu tersimpan. Sesekali ada sesak, sesekali ada senyap. Meski sebenarnya memori itu sudah cukup kuat untuk dihancurkan, namun apa daya ia tak pernah benar-benar hancur. Mungkin, memang selalu ada tempat terkhusus untuk ingatan pahit. Entah manusianya yang terpaksa menyimpan, atau memang Tuhan yang menyediakan; sebagai pelajaran.

Aku dan Hijrahku

Gambar
Andai saja hanya sebuah hasil yang menjadi tolak ukur suatu kebahagiaan. Maka hijrah ini takkan berarti apa-apa dalam perjalanan hidupku. Kala ejekan dan sindiran silih berganti berdengung di telinga. Membuat pertahanan ini ingin sekali ku runtuhkan. Kala lelah merajut amal yang kadang naik kadang turun. Membuat aku paham, bahwa jalan yang dilalui Rasul dan para sahabat ini bukanlah jalan gelak tawa lalu berbuah surga. Kau tahu bagaimana rasanya menjadi aku? Ketika iman dan penilaian manusia berkecamuk hebat di dalam dada. Kenapa orang-orang ini tidak bisa menerima? Karena pakaianku yang tidak modis lagi, atau karena aku sosok yang masih dekat dengan maksiat? Ah, bukankah segala sesuatu itu perlu perjuangan? Bukankah tidak dikatakan manusia itu beriman sebelum diberi ujian?  Kalau saja aku masih bergantung pada penilaian manusia, tentu lagi-lagi ku buat Allah kecewa. Muslimah, hijab itu kewajiban. Hijab itu bukan tentang siapa yang sudah baik, baru boleh memakainya. Seburuk apa

Kekuatan doa

Gambar
Doa itu akan melesat hebat menembus pintu langit ketika kita yakin akan pengabulannya. Kalau kita ragu-ragu, tidak percaya diri , pantas saja doa itu kekuatannya lemah. Toh, orang yang meminta saja tidak yakin akan permintaannya. Orang yang meminta saja tidak siap. Bagaimana mungkin doa itu menjadi sesuatu yang bisa dikabulkan untuknya. Sekecil apapun yang kita minta sama Allah, boleh jadi sukar mendapatkannya. Pun, sebaliknya. Permintaan sebesar dunia; mustahil, nggak mungkin menurut kita. Dengan sekejap mata bisa saja sekarang sudah ada dihadapan kita. Sebab itu, teruslah berdoa. Karena kita tak pernah tahu doa mana yang didahulukan pengabulannya. Selamat berdoa.

Sketsa cinta pertama

kita pasti punya pengalaman cinta pertama yang beda dan mempunyai keunikan tersendiri. Iya nggak? Dan kenapa mesti *dia* sih yang jadi cinta pertama kita? Penasaran nggaksih? Allah, udah ngatur itu semua jauh sebelum kita ada didunia ini. Seromantis apa pertemuan kita dengan cinta pertama. Tentu lebih romantis lagi dengan maksud Tuhan di dalamnya.

Waktu

Tidak ada waktu-waktu terbaik selain ketika kita merasa payah dalam kehidupan. Karena biasanya, saat itulah kita baru mengingat Tuhan. Betapa kikir dan sombongnya pribadi kita. Ketika kita merasa tidak ada lagi kekuatan, baru mau merendah dihadapan Allah. Bahkan seringkali kita malu mengakui bahwa semua yang kita punya, ternyata hanyalah milik Allah. Dan kenyataan yang paling baik untuk orang beriman sekaligus kutukan bagi mereka yang tidak mau beriman ialah adanya akhirat, sebagai pemberhentian terakhir. Tempat dimana setiap manusia diminta pertanggungjawaban atas kehidupan dunianya. Sesederhana itu.

17 agustus

Di hari kemerdekaan ini, sudah selayaknya kita sadar bahwa ada ruh dalam tubuh yang haknya wajib kita bebaskan. Seperti sebuah pohon, ia punya hak mendapatkan pupuk dan air untuk penyejuknya agar tumbuh dengan baik. Seperti bertilawah, dzikir, berdo'a dan ibadah lainnya kepada Allah , sang pemilik tubuh tersebut. Semua itu bukanlah semata-mata karena kewajiban kita saja, tetapi itulah proses alami yang harus terjadi. Jika tidak kita tunaikan, maka rusaklah ia. Karena hidup tanpa sandaran iman. Ibarat bunga layu yang tumbuh ditengah padang pasir. Betapa kering dan menyedihkan keadaannya . Mungkin beginilah akibat dari ketidakmerdekaan ruh kita. Banyak melahirkan generasi yang berprilaku tidak sepatutnya, hancur-hancuran.

Memaafkan

Setiap orang berhak mendapatkan maaf darimu. Entah ia menyakitimu dengan sengaja atau tanpa sengaja. Bahkan, ketika ia menyakitimu dengan cara terburuk sekalipun. Ia tetap berhak mendapatkannya, maaf. Ini bukan tentang layak atau tidak layak ia untuk dimaafkan. Bukan tentang seberapa besar kesahalannya terhadapmu. Atau tentang ketidaktahuan diri atas perbuatannya. Tetapi ini cukup tentang penerimaan. Menerima, bahwa sebaik-baik manusia pasti pernah berbuat salah. Pun, seburuk-buruk manusia pasti ingin memperbaiki kesalahannya. Kalimat "Allah saja Maha Pemaaf, kenapa tidak dengan manusia?" itu benar sekali. Kalau kita boleh mengingat, seberapa sering kita membuat kesalahan kepada Allah. Toh, Allah tak langsung menaruh kita ke neraka saat itu juga. Justru Allah memberikan waktu yang dinamai "kesempatan". Akan tetapi, bukan berarti kita boleh menyalahartikan kesempatan itu. Menganggap bahwa itu adalah bentuk pelonggaran azab dari-Nya. Selamat berfikir dan mulai me

Nggak peka

Peristiwa malam ini benar-benar membuat saya kesal sekaligus mengevaluasi diri. Terkadang ketika Allah sedang memberikan kita peluang untuk berbuat baik, saat itu kita malah nggak peka. NGGAK PEKA. Ah, sama cinta menye-menye aja kita cepat sekali pekanya. Jadi ceritanya seperti ini. Sekitar pukul 8.30 malam adik saya yang paling kecil minta dibelikan martabak. Sebenarnya nggakmau beliin, ini udah malam banget dan takut buat keluar. Tapi apalahdaya sama adik bungsu yang satu ini. Nggak bisa nolak permintaannya. Sampailah kami ditempat yang ngejual martabak dan memesannya. Saat si abg tukang martabak lagi bikin martabaknya. Tiba-tiba ada anak laki-laki bersama 2 oran adik perempuannya. Kayak masih SMP gitu sih abangnya. Ia meletakkan motornya cukup jauh dari tempat jualan. Lalu mereka mendekat dan melihat menu+harganya. Tidak lama kemudian, mereka tiba-tiba aja ngejauh dan kembali ke motornya sambil ngitung duit. Saat itu sebenarnya saya udah mulai ngerasa ada sesuatu yang sedang

Untukmu

Untuk yang sedang memantaskan diri karena ingin mendapatkan pasangan lelaki baik/perempuan baik dalam hidupnya. Coba dipikirkan lagi. Kenapa kita mau berlelah-lelah hanya untuk mendapatkan hati seorang manusia? Bukankah nyatanya berharap pada manusia itu hanya akan melahirkan kecewa? Kenapa kita tidak rubah saja rumusnya. Memantaskan diri untuk mendapatkan cintanya Allah. Yang Maha Membolak-balikkan Hati. Yang Maha Menggenggam Hati. Allah lah yang kuasa atas semua hati makhluk di bumi. Jadi, kalau kita sudah berhasil mendapatkan cintanya Allah. Adakah yang harus kita khawatirkan? Kita tinggal minta sama Allah. Mau pasangan yang seperti apa? Seperti muzzamil? Seorang hafiz? Lulusan madinah? Artis korea, artis India? Wkwk Sebut saja siapa. Toh, cintanya Allah saja sudah kita dapatkan, mana mungkin cinta manusia tidak bisa. Allah tinggal bilang "kun fayakun". Maka dari itu, mulailah berbenah diri hanya untuk Allah semata. Jangan tergelincir demi penilaian manusia. Manus

Tidak perlu

Tidak ada yang salah dengan pengusahaan kebahagiaan diri sendiri. Itu mutlak penghargaan mulia tentunya, ketika kita bisa mengemasi keburukan kita dulu-untuk bahagia.  Apapun yang berjalan disekeliling kita ialah cermin. Tidak perlulah segala hal harus terjadi dikehidupan kita dulu, baru kita mau mengambil pelajaran. Tidak. Kita tidak hidup seorang diri. Kita bisa belajar dari kehidupan orang lain. Entah dari keberhasilannya atau kegagalannya.

Ada

Ada Allah yang selalu mau menerima taubat kita meski seringkali kita bermaksiat dengan sengaja. Ada Rasulullah yang sangat mencintai kita meski tidak pernah bertemu dan saling melihat. Lalu kenapa kita mesti sedih ketika makhluk mengecewakan kita? Bahkan pada Allah dan Rasul, kita sama sekali tidak peduli. Padahal di Padang masyar nanti yang dapat menolong kita hanyalah naungan-Nya dan syafa'at Rasulullah shalallahu 'alahi wassalam.

Jika ramadhan tidak pernah ada

Sore itu, saya sedang asik memperhatikan situasi jalanan yang begitu ramai. Entah kenapa pemandangan itu berhasil menarik perhatian saya. Bagaimana banyaknya makanan yang disuguhkan untuk berbuka. Bagaimana gema suara qur'an terdengar setiap waktu. Bagaimana orang-orang berlomba-lomba untuk berinfak. Dari subuh hingga kembali subuh mesjid tak pernah kosong. Dan bagaimana ribuan kebaikan terang-terangan berlipat ganda hadir saat itu. Pikiran saya melintas beberapa waktu setelahnya Apa yang terjadi jika Ramadhan tidak pernah ada? Apakah itu semua tidak pernah bisa kita saksikan? Apakah dada manusia itu tetap akan kering kerontang tanpa iman? Mau berlama-lama dengan qur'an. Kan lagi Ramadhan. Mau sholat jamaah di masjid. Kan lagi Ramadhan. Mau sering sedekah. Kan lagi Ramadhan. Mau menutup aurat. Kan lagi Ramadhan. Berhenti ghibah. Kan lagi Ramadhan. Berhenti pacaran. Kan lagi Ramadhan. Lalu, kalau tidak sedang Ramadhan?

Keutamaan ramadhan

"Bagaimana tidak gembira? seorang mukmin diberi kabar dengan terbukanya pintu-pintu surga. Tertutupnya pintu-pintu neraka. Bagaimana mungkin seorang yang berakal tidak bergembira jika diberi kabar tentang sebuah waktu yang di dalamnya para setan dibelenggu.  Dari sisi manakah ada suatu waktu menyamai waktu ini?" Seperti tahun-tahun sebelumnya, pemandangan seperti malam ini tidak lagi asing bagi saya. Lampu-lampu kendaraan, bunyi ketukan sendal, seolah berlomba-lomba silih berganti terpancar dan terdengar. Mereka begitu ramai dan semangat. Saya begitu bahagia menyaksikannya. Bagaimana orang-orang begitu antusias menyambut Ramadhan ini. Bagaimana semua makhluk bergembira ria atas kabar kedatangannya. Jejeran sendal begitu banyak memenuhi jenjang pintu masuk masjid. Saking membludaknya jamaah, membuat tikar harus ikut dibentangkan keluar pintu masjid. Yang biasanya tempat berlalu lalang, tapi dalam Ramadhan dipenuhi jamaah untuk sholat. Alhamdulillah 'ala kulihal. Saya b

#1

Selama ini kita sudah cukup berkelana terlalu jauh. Menghabiskan banyak tenaga yang terkadang membuat kita terduduk lemas. Dari hari ke hari sepertinya kesibukan membuat kita harus melupakan banyak hal. Tentang iman, amal dan ibadah yang sering terbengkalai. Semuanya kita pukul rata. Keperluan dunia bahkan melebihi butuh kita untuk akhirat. Padahal kan yang kekal itu akhirat. Ramadhan, seperti menyuruh kita kembali untuk mengenali diri sendiri. Sejauh mana sebenarnya kita sudah menuju Tuhan kita. Sepayah apa kita sudah mengusahakan surga. Sudah sebanyak apa tangis yang kita keluarkan atas dosa-dosa selama ini? Apakah ia sudah mengalahkan tawa akan kesenangan dunia? Bercermin lagi, dan refleksi diri. Kita cukup tau dan sadar atas kelakuan buruk yang kita buat. Tapi tak berdaya melawan syahwat. Kenapa bisa seperti itu? Apa yang sebenarnya yang sedang terjadi dalam diri kita?

H-4 ramadhan

Semoga Ramadhan kali ini menjadi waktu-waktu terbaik kita bersama Allah. Yang wajib tak lagi terlalaikan. Yang sunah belajar didirikan. Segala kebaikan lekas ditebarkan lebih banyak (lagi). Bukankah ramadhan adalah momentum Yang paling pas untuk bermesra dengan Allah? Bahkan ketika tidak ada lagi penawar luka atas kehidupan di dunia ini. Allah lah yang akan senantiasa menjadi tempat kita kembali pulang. Yang masih ragu menutup aurat. Doa sama Allah biar diteguhkan lagi hatinya. Yang ngajinya sehari masih setengah juz ditingkatkan lagi jadi sejuz. Yang jarang sedekah. Diseringin lagi sedekahnya. Yang dulu kalau sore hari pergi main keluar sekarang diganti murajaah hafalan. Ketika perbuatan yang nggak ada manfaatnya diganti sama kegiatan yang banyak pahalanya. Ketika itu rasa khawatir akan kekurangan di dunia segera sirna. Minta aja sama Allah. Langsung dikasih deh.

19th.

Aku selalu khawatir bagaimana memaknai angka 19 ini. Momen pertambahan usia adalah peristiwa yang selalu ku renungi. Karena sejatinya, waktuku di dunia sudah semakin berkurang. Sedangkan amal dan imanku tak juga kunjung bertambah. Allah, aku bersyukur masih diberi pinjaman umur sampai hari ini. Bagaimana aku yang tidak tahu diri ini tak pernah diputuskan oleh rahmat-Mu. Aku masih ingat bagaimana setahun yang lalu aku berkali-kali mengutuki takdirku. Tidak menerima ketetapan-Mu. Dan pada hari ini, ampuni aku yang baru bersyukur. Bahwa semua ujian yang Kau berikan tak lain agar aku menjadi manusia yang lebih baik. Tentu saja dulu Allah tak kabulkan do'a ku sedangkan aku selalu meminta perihal dunia. Lalu Allah menggantinya dengan yang lebih baik. Bahkan dengan sesuatu yang tak pernah aku sangka. Hingga aku bertumbuh menjadi perempuan seperti hari ini. Satu tahun yang benar-benar mengubah hidupku. Satu tahun yang sangat luar biasa.  Bagaimana beribu tangan kebaikan silih bergant

Berlebihan dengan Allah

Jika ada yang namanya kehilangan apakah ia cukup layak untuk ditangisi? Jika ada yang namanya kesakitan apakah ia boleh membuat kita menjadi manusia yang paling menyedihkan? Jika ada yang namanya pengharapan apakah itu tak lebih baik dari sebuah kekecewaan kemarin sore? Itulah kenapa ada yang namanya rahasia.  Hal tersembunyi yang selalu bergandengan dengan sesuatu yang tampak kita jalani.  Takdir-takdir hebat yang mengiringi dengan diam-diam. Itu sebabnya di dalam al-qur'an Allah katakan bahwa kalau sedang sedih sewajarnya aja.  Kalau sedang bahagia juga secukupnya.  Jangan berlebihan dalam sesuatu. Karena pada hakikatnya kita sama sekali tidak memiliki ilmu tentang sesuatu itu. Boleh jadi memang baik atau buruk. Jadi kalau mau berlebihan cukup berlebihan untuk Allah aja. Ibadah yang berlebihan. Tilawah yang berlebihan. Sedekah yang berlebihan. Qiyamul lail yang berlebihan. Pokoknya cinta sama Allah nya harus berlebihan ya.

Muhasabah diri.

Di ujung waktu yang tidak terhitung lagi. Orang-orang seringkali berfikir untuk kembali ke masa dulu. Masa dimana mereka masih bisa memperbaiki kesalahan yang tidak sengaja dilakukan. Masa dimana mereka masih boleh mennghapus penyesalan paling kecil hingga besar. Mengingat-ingat yang sudah berlalu memang membuat kita lebih sadar. Memang membuat kita harus menghirup napas panjang.Ternyata banyak sekali luka yang sudah terlewatkan. Ada yang telah sembuh. Ada yang belum. Peristiwa demi peristiwa kian rapi tercatat di memori kta. Ditengah malam yang sudah begitu larut. Saat orang-orang sudah tertidur dengan pulasnya. Terkadang kita sering menagis sendirian. Dalam hening sunyi itu, Allah terasa dekat sekali menyapa kita. "Maka tidakkah kamu mengambil pelajaran?" berulang-ulang Allah katakan dalam Al-qur'an. Betapa waktu ialah dari sekian banyak hal yang perlu kita renungi baik-baik keberadaanya. Keteledoran yang sering kita abaikan bukanlah hal yang pantas kita tertawakan

Menasehati diri sendiri

Kepada hati yang mudah rapuh lagi patah. Jangan sering tidak tahu arah. Jangan suka mendamba sosok yang belum pantas dalam waktunya. Jangan mencuri-curi prasangka disaat sendirian. Bahwa kau sudah jatuh hati pada sosok ini atau itu. Sehingga hati, pikiran dan imanmu bahkan kau biarkan terbengkalai karenanya. Hati itu susah sekali dinasehati kalau sudah berharap kepada manusia. Padahal kita sudah sama-sama tahu. Padahal kita sudah sama-sama belajar. Berharap kepada manusia itu semu. Berharap kepada manusia itu melelahkan. Sebab hanya rasa kecewa yang ia suguhkan. Hati manusia itu berbolak-balik adanya. Jangan terlalu serius menanggapi kebaikan laki-laki. Boleh jadi ia hanya sedang berbuat baik. Bukan sedang menggodamu. Atau sedang menyukaimu. Pandai-pandailah menata hati. Pandai-pandailah menjaga diri. Jangan biarkan ia berantakan. Jika hati sudah berantakan. Maka cekalah semuanya. Sudah ku katakan, hati itu mudah rapuh lagi patah. Jika hari ini sudah suka menabung dosa. Lalu bagai

Jalan dakwah.

Andai perjuangan ini mudah, pasti ramai yang menyertainya. Andai perjuangan ini singkat, pasti banyak yang istiqamah. Andai perjuangan ini menjanjikan kesenangan dunia pasti berbondong-bondong yang mengikutinya. Sayangnya tidak. Hakikat perjuangan bukanlah begitu. Turun naiknya. Sakit pedihnya. Umpama kemanisan yang tak terhingga. Karena apa? Karena surgalah balasannya. Kalau kita sering mengukur kebahagiaan kita dengan dunia, kita akan sering kecewa. Karena Allah menganggap dunia ini bahkan lebih ringan dari 11 sayap nyamuk. Kata Nabi shalallhu 'alaihi wa sallam "Seandainya dunia ini ada harganya pasti Allah tidak mau memberikan dunia sama orang yang tidak beriman. Berhubung dunia ini tidak ada nilainya. Allah berikan sama orang yang tidak beriman. Sedangkan yg bernilai, Allah simpan untuk orang yg beriman dan sabar". Subhanallah.
Hal yang layak dipertaruhkan dalam sebuah perjuangan adalah mencoba untuk gagal. Iya. Mencoba berarti memberi tempat pada hati untuk membuka peristiwa-peristiwa baru. Kita harus bersedia mengorbankan banyak hal. Waktu, hati, pikiran dan iman. Memang, kita tidak pernah tahu kegagalan yang keberapa yang membuat kita berhasil. Sehingga yang seharusnya kita perbuat hanyalah berusaha. Ada yang dengan mudahnya meraih apa yang diinginkan. Ada yang tidak. Dari mulai masuk sekolah, masuk perguruan tinggi negeri favorit, sampai di terima kerja dimana saja. Sedangkan di belahan bumi lainnya. Ada pula yang selalu berusaha, tapi harus gagal berkali-kali. Terkadang, mereka yang mudah mendapatkan apa yang diinginkan penasaran kapan ia gagal. Mereka ingin sekali merasakan bagaimana bangkit dari kegagalan berkali-kali. Sedangkan yang berkali-kali merasakan kegagalan selalu bertanya "Kapan aku berhasil?" Tapi pada akhirnya, pernah gagal atau tidak pernah gagal. Itu tidaklah masalah. Itul

April

Sebab ketika April, kau lebih sering bercengkrama dengan diri sendiri. Menikmati perasaan yang kau sebut kenangan. Membiarkannya ikut campur dengan tenang. ketika April, kau menjadi perempuan paling cengeng. Mudah meneteskan bulir yang kau namai air mata. Setiap kali kau menyekanya, setiap kali juga ia turun, dan selalu turun. Hari ini April datang lagi. Aku berharap, bahwa April bukan kutukan untukmu. Lalu,  perihal kenangan yang kau hambakan. Ku rasa itu terlalu berlebihan. Jangan-jangan kau salah memahami maksud Tuhan di dalamnya. Iya kan?

Hijrah

Hijrah itu ku sebut perjalanan panjang untuk pulang. Yang aku tahu, hijrah adalah perjalanan paling romantis sepanjang zaman. Bagaimana tidak. Allah lah yang akan setia menemaniku kapanpun dan dimanapun. Sekalipun tidak ada orang di dunia ini yang mau mempedulikanku. Sekalipun orang-orang sibuk dengan urusannya masing-masing. Tetapi Allah selalu punya seribu alasan untuk selalu bersamaku. Kata Allah, Dia rela sibuk untuk mengurus urusanku. Selama aku mencintai-Nya. Jika hijrah itu hanyalah untuk hal-hal yang berbau dunia. Sayang sekali, perjalanan panjang itu tidak akan bertahan lama. Kita tidak akan pernah benar-benar bisa pulang. Wahai ukhti, bersabarlah sedikit lagi. Allah akan membayar semua kelelahanmu dengan sesuatu yang tidak akan pernah diberikan-Nya kepada sembarang orang. Karena disurga nanti, tidak akan ada lagi yang namanya kesedihan dan kesusahan Tetap semangat, kan?

Kita sedang tidak melakukan apa-apa

Setelah selesai dari hiruk-pikuk pekerjaan yang kita lakukan seharian ini. Kita lalu tersenyum dengan bangga. Kita berfikir bahwa kita sudah melakukan banyak hal. Dengan harapan sebuah kesuksesan masa depan. Tapi tahukah kau? nyatanya kita sedang tidak melakukan apa-apa. Karena semua itu sama sekali bukan untuk-Nya. Sama sekali tidak menambah iman di dada. Lalu, bagaimana bisa kita akan merasa baik-baik saja?

Kebaikan

Kenapa orang-orang selalu menganggap kita buruk. Padahal kita sudah berusaha melakukan kebaikan. Rasanya, saat keadaan seperti ini kita adalah orang yang paling menyedihkan. Boleh jadi karena kita sibuk dengan penilaian orangnya, bukan kebaikannya. ketika kita khawatir kebaikan kita tidak pernah dihargai orang lain. Mulailah mempertanyakan diri kita sendiri. Apa benar kita telah melakukan kebaikan atau itu semua hanyalah topeng? Tidak ada manusia yang baik di dunia ini. Yang ada hanyalah orang yang sedang belajar baik. Kebaikan tidak dapat dinilai dari ukuran 'baik' menurut versi manusia. Sebab kebaikan itu batinniyah. Biasanya, orang yang sedang melakukan kebaikan tidak akan pernah sadar bahwa ia sudah melakukannya. Yang ia tahu, ia hanya sedang memupuk imannya. Agar tidak ada bunga yang layu dan mati.
Sejumput harap yang pernah kita sandarkan pada manusia hanya akan membuat kita bertambah lelah. Manusia itu hatinya berbolak-balik. Hari ini ia katakan iya boleh jadi besoknya tidak. Pun dalam hitungan detik bisa berubah. Jadi, jangan heran kalau mantan kita dulu bilang "nggak bisa hidup tanpa kita" eh sampai sekarang masih hidup sama pacar barunya. Itu wajar. Lalu? Yang sekarang punya pacar hati-hati nya diperbanyak ya. Iya sih sekarang dia bilang cinta. Tapi besok? Belum tentu.

Kita hanya sedang lupa berterimakasih

Mungkin. Kita hanya sedang lupa berterimakasih. Pada mereka yang sempat hadir dalam hidup kita. Sadar atau tidak. Mereka ada menjadi sebab untuk hidup kita hari ini. Kita hanya sedang lupa berterimakasih. Pada mereka yang sering mengecewakan kita. Sadar atau tidak. Darisana kita belajar bahwa berlapang dada itu ternyata tidak mudah. Kita hanya sedang lupa berterimakasih. Pada mereka yang selalu membenci. Sadar atau tidak. Darisana kita belajar bahwa penilaian manusia hanyalah nafsu semata. Penilaian Allah lebih mutlak adanya. Untuk apa cantik dimata manusia sedangkan dimata Allah kita hina? Sama sekali tidak ada gunanya. Kita hanya sedang lupa berterimakasih. Pada mereka yang lebih memilih mencintai. Sadar atau tidak. Darisana kita belajar bahwa hidup tak harus berpura-pura. Hanya mereka yang mencintai kitalah yang sanggup menerima kita apa adanya. Mungkin. Kita hanya sedang lupa berterimakasih.

Part 7 -pemberhentian temu-

Hati yang kalut ditengah malam yang belum juga larut. Khawatir. Bimbang. Bingung. Bahagia. Semuanya berkemulut jadi satu. Syahid kurang percaya diri kali ini. Sebenarnya ia sudah cukup sering membuat project seperti ini. Hanya saja, tak pernah sebesar ini sebelumnya. Tok.tok. Terdengar ketukan 2 kali dari pintu. "Masuklah, Bu". Ibu masuk dan duduk diatas kasurku. Aku segera memutar kursi menghadap ibu. "Ada apa, Bu?" Tanyaku. "Ibu tidak tahu. Tapi kaki ibu ingin saja melangkah kesini. Atau sedang terjadi sesuatu padamu, Nak?". Ibu balik bertanya padaku. "tidak, Bu. Aku hanya sedang banyak pikiran" jawabku seadanya. "Sudah sholat kan, Nak?" Sholat? Astagfirullah al'azim. Ku lirik jam sudah menunjukkan pukul 21.18. Aku terkejut. "Ibu, maafkan aku. Aku belum sholat. Tadi..hmm rasanya pekerjaan ini akan selesai dengan cepat. Sayang sekali jika ku hentikan. Tapi ternyata, sampai sekarang belum juga selesai". Aku terbata

Part 6 -pemberhentian temu-

(Syahid) Tentang kita yang menyukai selera yang sama.Perpustakaan, buku dan kopi. 3 hal yang tak pernah lepas darimu, begitupun aku. Siang itu, di perpustakaan. Tempat pertama kali kita dipertemukan oleh-Nya. Jilbab merah kecoklatan yang menjulur indah menutupi kepala hingga tubuh. Dipadu dengan motif bunga tulip sebesar 2 inci yang tersusun rapi. Tak lupa, sebuah buku di tangan dan satu buah cup coffe siap saji di sisi kirimu. Saat itu, dengan segenap pengakuan yang entah ini adalah hal yang benar atau salah. Bahwa kau telah berhasil menawanku. "Untuk menemuiku, sering-seringlah datang ke perpustakaan. Untuk mengingatku, sering-seringlah membaca buku disana. Dan untuk memulai obrolan, sediakan saja 2 buah cup coffe" ucapku pada cermin setiap pagi. Mana tahu, cermin dirumahmu berteman akrab dengan cermin dirumahku. Lalu, mereka saling bercerita. Dan memberitahumu, 3 hal yang perlu kau lakukan jika aku, adalah jatuh cintamu (juga). Dia gadis yang pertama kali berhasil membua

Part 5 -pemberhentian temu-

"Dalam hidup, ada orang yang berjalan dengan langkah yang benar, tapi tanpa pegangan yang baik. Dan ada orang yang berjalan dengan langkah yang salah, tapi dengan pegangan yang baik. Dua-duanya adalah hal yang berbeda, Syifa". Ucap Yangkung memecah keheningan. Setelah 15 menit tanpa suara, akhirnya Yangkung memulai pembicaraan. Dari kecil, Yangkung selalu mengajarkanku untuk berbagi. Entah itu hal bahagia atau kecewa. Kata Yangkung, berbagi itu berarti memberi. Bukankah Allah Maha Pemberi? Tentu Dia menyukai hamba-Nya yang juga suka memberi. Aku hanya menunduk sambil memeluk lutut. Aku tidak tahu kemarahan ini untuk siapa. Untuk ayah. Untuk ibu. Untuk Yangkung atau Yangti. Aku tidak tahu. "Nak, kemarilah" Yangkung menggeser sebuah kursi hingga kursi itu sekarang sudah berada di sampingya. Aku bangkit dari sudut teras dan berjalan mendekati Yangkung. "Nak, Yangkung bukanlah orang yang hidup beberapa tahun saja. Sudah 67 tahun. Selama itu, satu hal yang Yangku

Part 4 -pemberhentian temu-

"Syifa!" Panggil ayah saat aku sedang berselonjor di sudut teras rumah. Entahlah, aku sedang tidak ingin berbicara dengan siapapun hari ini. Meski sore ini terlalu sesak untuk ku lewati sendiri. Tak apa. Mungkin sesak lebih baik. Aku perlu mencerna kekikukkan ini dulu. Yangkung tiba-tiba menghampiri ku. Bunyi tongkatnya yang khas mulai terdengar dekat di telingaku. Mungkin Yangkung heran kenapa aku tak menggubris panggilan ayah. Yangkung duduk diatas kursi rotan kesayangannya. Yangkung mendehem. Tetapi aku memilih tak menoleh. Untuk pertama kalinya, aku tak menghiraukan yangkung. Mungkin kalian heran kenapa aku memanggil Yangkung, toh aku hidup di tanah Minang. Yangkung adalah panggilan kesayanganku kepada kakek. Dari lima bersaudara hanya aku yang paling dekat dengan yangkung dan hanya aku yang memanggil kakek dengan sebutan Yangkung. Entahlah apa sejarahnya, aku tak terlalu ingat. Yang aku ingat panggilan itu dimulai saat aku berusia 2 tahun. "Dalam hidup, ada ora

Part 3 -pemberhentian temu-

Aku memang mengaku cinta pertama kali tapi bukan untuk jatuh berkali-kali. Kita sama-sama tahu bahwa hati bukanlah tempat sesaat untuk berhenti. Dan aku tahu, bahwa aku sedang diuji. Entah apa yang sedang Dia rencanakan. Apakah ini akan menjadi kenyataan yang menyakitkan atau menyenangkan. Bahwa kita kembali terperangkap dalam satu kota yang sama. Meski aku tahu bahwa kita belum tentu akan bertemu, bukan? Kota ini cukup besar untuk kita saling memencar. Hanya saja, aku takut takdir sedang memperolok kita. Dulu, Tuhan menyelipkan kau disela-sela perjalananku. Hingga aku harus memutar haluan cukup jauh agar tak salah jalan. Lalu Dia memberikan jeda untuk membuatku lega. Jeda yang dicipta Tuhan diantara takdir itu terkadang begitu menawan. Bagaimana keromantisan-Nya bekerja, kita tidak pernah tahu. Disaat itu, cobalah berteman dengan kecewa. Supaya hati lebih mudah dikembalikan saat berantakan. Karena biasanya Tuhan selalu memberikan sesuatu itu sepaket dan sepadan.

Part 2 -pemberhentian temu-

Syahid kembali meneguk secangkir coklat yang ia biarkan ternganga sedari tadi. Minuman itu persis tepat di sudut kanan meja yang sekarang sedang berada dihadapannya. Meja itu juga dipenuhi tumpukan kertas yang berantakan. Ada yang sudah dirobek, diremuk dan ada yang masih utuh bersih. Entah kenapa malam ini syahid begitu kacau. Dia tempelkan kedua telapak tangannya ke wajah. Lalu, dia menundukkan kepala hingga tak ada lagi jarak antara kepalanya dengan meja. Syahid benar-benar bingung dan linglung. Dia yakin sekali bahwa dia  melihat wanita itu masuk ke dalam sebuah taxi dengan kakinya yang gontai. Atas kejadian itu, syahid merasa waktu sudah mempermainkannya cukup lama. Dia menghirup nafas panjang. Dan segera mengambil wudhu. "Ada apa nak?" Tiba-tiba saja ibu sudah berada di dalam kamarnya. Syahid yang berdiri di pintu memberikan seulas senyum. Dia melihat sorot mata ibu begitu teduh. Sorot mata itu seakan-akan tahu apa yang sedang dialaminya. Syahid kembali masuk ke kamar

Aku

Aku. Aku adalah diam. Aku adalah bisu. Aku adalah sepi. Aku adalah rangkaian kata yang tak bermakna. Aku adalah rumah yang tak berpenghuni. Adalah  aku bukan tempat kembali pulang setelah petang. Sesampaiku pada sebuah lembah yang kelam berpalungkan karang-karang berduri tajam. Akan ada mutiara bening berkilau yang menunjukkan celahnya padaku. Memberitahukan bahwa sebaiknya aku mengambilnya dengan segera. Sebelum ada orang lain yang menjangkaunya. Secuil apapun kebaikan yang kau lihat dari orang lain. Meski orang itu buruk menurutmu. Tapi belum tentu menurut-Nya. Ambil lah. Ambil lah dengan berlapang dada. Aku tanpa kalian, sahabat. Bukanlah apa-apa. Teruslah dan menetaplah di dekatku.

Senja kesekiankali

Entah kenapa aroma senja kali ini terasa berbeda dari biasanya. Warnanya lebih jingga. Awannya menggepul lara. Tampak ufuk barat mengabarkan bahwa langit sebentar lagi menggelap. "Apakah kau sedang memikirkan hal yang sama denganku? Tanyanya mengagetkanku. Maksudmu? Jelas aku bingung. Sedari tadi aku hanya sibuk menelisik langit kala itu. Indah sekali. "Tentang aku, kau dan sahabat kita yang lain". Ucapnya lirih sambil menolehku". "Ada apa? Apa ada yang terjadi?" Tanyaku sekali lagi. "Kau tahu? Aku ingin kita semua tak hanya bersama disini. Aku ingin kita menjadi sahabat sesurga. Aku ingin kita bertemu lagi di jannah-Nya. Tapi rasanya saat ini aku masih gagal". Aku melihat ada genangan air dipelupuk matanya yang siap meluap. Cepat-cepat aku menggenggam tangannya Aku tidak tahu apa yang mesti ku jawab. Ku tarik napas sedalam mungkin. "Sahabatku, janganlah kau putus asa seperti ini. Kau tahu bukan? Bahwa yang kau rubah ini bukanlah RAG

Allah

Terkadang, jika kita satu-persatu dipertanyai tentang hidup ini. Akan banyak sekali hal-hal yang menggantung lantas  bertumpuk diatas kepala kita. Sesak memenuhi otak. Mengapa kita dilahirkan pada orang tua yang ini? Mengapa kita terlahir miskin? Mengapa kita tidak cantik/ganteng? Mengapa kita bersekolah disini? Mengapa kita hidup di daerah ini? Mengapa si Fulan itu begitu dan Mengapa aku begiini? KARENA APA YANG MENJADI RAHASIA ALLAH TETAPLAH MENJADI RAHASIA. ALLAH MAHA TAHU DAN KITA BODOH. Boleh jadi jika kita mengetahui semua itu dari awal. KITA TIDAK AKAN MAU MELAKUKAN APA-APA LAGI. Kita akan menjadi manusia yang hidup tanpa tahu apa itu KEHIDUPAN. Kita akan menjadi manusia BURUK RUPA tanpa tahu cara mempercantiknya. "Boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu,  padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui" (Q.S Al-baqarah 2:216)

Halaman dua

Halaman dua. Banyak hal yang tak bisa ku ceritakan lagi padamu. Semenjak kita tak lagi menjadi satu sama lain. Misalnya, ketika ranting itu mulai tua dan memutih lalu patah. Atau ketika daun-daunnya mulai mengering dan tanggal satu persatu. Ia membiarkanku menatapnya dalam-dalam dan lama-lama. Atau ketika segerombolan angin yang sering berlalu lalang di depan pohon itu. Hanya untuk berhembus sebentar saja, lalu pergi. Menyisakan hawa dingin, tanpa membalas dengan rasa hangat. Mungkin, aku tak lagi berbicara perihal kenangan rutin yang sering bertamu padaku. Namun, aku berbicara tentang keheningan yang menguntitku dari belakang. Keheningan yang merasuk hebat ketika dadaku ternyata belum menerima kepergianmu seutuhnya. Namun, bukankah ranting itu telah kering dan patah? Lalu?

Sahabat sesurga

Jangan sendiri. Al-Hasan Al-Bashri berkata "perbanyaklah sahabat mu'minmu karena mereka  memiliki syafa'at pada hari kiamat" Imam syafi'i berkata "jika engkau punya teman yang selalu membantumu dalam rangka keta'atan kepada Allah, maka peganglah erat-erat dia, jangan pernah kau melepaskannya. Karena mencari teman baik itu susah tetapi melepaskannya mudah sekali". Maka, jika kalian hari ini sudah memiliki sahabat seperti itu ingatlah pesan diatas dengan baik. 'Jangan pernah melepaskannya!'. Namun, jika belum. Carilah! Carilah sesegera mungkin. Diriwayatkan bahwa: Apabila penghuni surga telah masuk ke dalam surga lalu mereka tidak menemukan sahabat-sahabat mereka yang selalu bersama mereka dahulu di dunia. Mereka bertanya tentang sahabat mereka kepada Allah. "Ya Rabb, kami tidak melihat sahabat-sahabat kami, yang sewaktu di dunia sholat bersama kami, puasa bersama kami dan berjuang bersama kami? Maka Allah berfirman: "Pergilah k

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kau dustai?

AR-Rahman Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kau dustai? Ayat yang diulang sebanyak 31 kali oleh Allah dalam sebuah surat yang artinya amat syahdu. AR-RAHMAN, Yang Maha Pengasih. Dari arti dari nama surat itu saja kita seharusnya tahu bahwa dalam surat itu Allah menyebutkan beragam macam kasih-Nya pada kita. Namun, Allah juga berkata. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kau dustai? Kenapa Allah memakai kata "kadziba" yang berarti dusta disini. Bukan ingkar atau semacamnya. Dalam KBBI dusta adalah bohong yaitu tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Ya, manusia itu pendusta. Mereka tahu bahwa semua hal yang dicapainya di dunia adalah nikmat dari Allah. Namun, ia memilih dusta dengan merasa semua itu adalah usaha mereka sendiri. Seorang anak yang sampai ke jenjang pendidikan s2/s3 ia berkeyakini bahwa memang otaknya pintar. Tentu saja dia bisa sampai kesana, katanya dengan pongah. Padahal pintar itu dari siapa? ALLAH. Otak itu milik siapa? ALLAH. Seorang pengusa

Cinta mulia

Carilah cinta yang memuliakanmu. Yang tak memaksamu hari ini untuk bersama. Carilah cinta yang memuliakanmu. Meski tak berkabar, cinta itu tetap tumbuh setiap hari. Tetap mekar dengan warna merah merona. Carilah cinta yang memuliakanmu. Ia yang lebih tunduk kepada yang menciptakan rasa dibanding kepada orang yang menyebabkan adanya rasa. Carilah cinta yang memuliakanmu. Cinta yang tak hanya mengatakan 'aku mencintaimu'. Tetapi cinta yang berani menemui ayah mertua *eh Jika rindu, ia hanya perlu mengadu pada-Nya. Dengan bisikan lembut penuh harap. Karena ia tahu bahwa do'a-do'a itu akan mengetuk pintu langit. Jika patah hatinya, ia tahu bahwa penyembuhnya adalah kesabaran. Kesabaran atas waktu-waktu yang ia gunakan bukanlah untuk mengundang murka-Nya. Jika ia khawatir, ia tahu bahwa janji Allah itu lebih pasti adanya. Apa-apa yang dimulai dari hal baik akan berjalan dengan baik dan akan menghasilkan yang baik pula. Carilah cinta yang memuliakanmu.

Senja

Aku masih takut dan gugup. Perihal senja yang ku temui hari ini. Ternyata masih menyisakan namamu, mungkin. Aku takut. Rasa ini pelan-pelan membuatku lemah pada-Nya. Pijakan awal yang sudah susah payah ku bangun. Mana mungkin ku biarkan kau menghancurkannya dengan begitu saja. Aku gugup. Kali-kali, jika aku tak sengaja berpapasan denganmu. Debar aneh itu kembali ku rasa. Pipiku kembali merah merona. Ini sudah senja keberapa? Entahlah. Aku saja bingung. Anggap saja hari ini aku sudah lupa denganmu. Anggap saja kita adalah dua orang asing yang sudah berjalan di jalan yang berbeda. Ku rasa dunia ini terlalu luas untuk mempertemukan kita lagi, bukan? Lagi-lagi aku masih takut dan gugup. Mana ku tahu jika waktu berencana ingin mengkhianati kita. Merancang sedemikian rupa hingga keterpisahan kita kini ialah sebab menyatunya kita nanti. Padahal kita mungkin sudah saling mengubur perasaan masing-masing. Ini sudah senja keberapa? Entahlah. Aku saja bingung.
Cintaku berada diantara pergi dan kembali. Baguku, jatuh cinta adalah kata kerja. Meski hanya hati yang merasa, tapi seluruh inci tubuhku rasa-rasanya ikut terjun juga. Bukankah pekerjaan yang dilakukan bukan karena-Nya adalah sia-sia?. Maka usaikanlah semua. Jika kau mencintai seserang tanpa beralaskan tikar-Nya. Jatuh cinta seperti itu adalah duka. Apa kau tak takut murka-Nya? Mereka yang belum terikat tapi sudah merasa terkait satu sama lain. Begitukah yang kau sebut cinta? Kau salah.

part 1 -Pemberhentian temu-

Bising kendaraan dijalanan pagi ini benar-benar hiruk pikuk. Suara klakson dimana-mana. Saling sahut menyahut. Aku tidak tahu, kenapa perasaanku tidak enak rasanya. Aku terbiasa berangkat ke kantor saat jalanan masih lengang. Saat udara masih belum berbaur dengan gas-gas beracun. Saat daun-daun masih kudapati berembun. Tapi hari ini aku sudah terlambat 10 menit. Aku berlari tergopoh-gopoh sambil memegang tas silver yang sudah sejak tadi tergantung disebelah kiri bahuku.  Sepatu tanpa tumit adalah pilihan terbaik dalam keadaan terdesak seperti ini. Dari kejauhan ku lihat halte nampaknya sedang tak ramai. Hanya ada 2 orang perempuan dan satu lelaki yang sedang menunggu. Ku putuskan mempercepat jalan karena sekarang bukanlah waktu yang tepat untuk tawar menawar lagi. Berjarak satu meter dari halte. Aku merasa melihat sesuatu yang ganjal disana. Ah, tidak mungkin. Ini pasti hanya ilusiku. Apalagi dalam keadaan seperti ini. Yang aku fikirkan  hanyalah bagaimana aku bisa sampai ke kantor d

Prolog.

Mungkin, aku hanyalah kumpulan cerita yang bertumpuk pada rak-rak bukumu. Yang hanya tinggal untuk beberapa saat. Bukan jadi penguat atau penghambat Mungkin, aku hanyalah kosong. Tanpa punya arti apa-apa. Tanda punya tanda tanya maupun titik koma. Tanpa ada tulisan. Tanpa ada coretan. Aku yakin, Tuhan  tidak sedang membuat lelucon pada kita.  Saat tangan Tuhan berbicara. Kitalah yang harus bungkam . Hanya perlu merekam. Setiap kejadian yang baik bahkan pelik yang suka sekali menjadi dendam. Dipertemukan kembali denganmu adalah hal yang sulit ku percaya. Bahkan, ditempat yang seharusnya itu tak mungkin terjadi. Namun itu terjadi. Ah, takdir macam apa ini? Sekali lagi. Aku yakin, Tuhan tidak sedang membuat lelucon pada kita.
Biarlah setiap hari aku merasa diri ini hina. Aku hanya ingin, bahwa penilaian manusia tak menjadi beban untukku. Rasa kesal, kecewa, tak ingin disalahkan cukup ku pendam tanpa ku umbar. Tapi tanpa pula ku pikirkan. Semoga Allah memudahkan. Jika aku memang salah. Semoga Allah memudahkanku untuk berubah.

Puisi

Tidak seharusnya dan tak semestinya hari-hari berlalu dengan sia-sia. 24 jam penuh ragu. 3600 detik duduk termangu Waktu tumpah ruah sayang. Tapi kau biarkan terbuang. Ditengah padang rumput yang penuh ilalang. Katamu; dunia terlalu menyedihkan. Dilucuti orang-orang penghisap jiwa. Tanpa aba-aba. Malu bukan? Kisah si hitam dan si putih tak terbaca lagi. Sudah berlalu dihimpit dongeng-dongeng abu-abu. Begitukah? Iya. Begitu.

Rindu

Akhirnya tangisku pecah Akhirnya aku menyerah. Setelah bertahan cukup lama. Malam ini aku gagal, Tuan. Malam ini aku dikalahkan oleh rindu. Ya, aku merindukanmu. Kau tak apa dengan semua ini? Sakitkah kau seperti sakitku? Aku malu. Ternyata pertahananku runtuh seketika. Aku mengingkari janjiku (lagi). Aku malu. Karena masih berani menaruh rindu pada makhluk-Mu.

Halaman satu

Bukankah halaman demi halaman yang sudah kita buat ini sia-sia? Cobalah jenguk sebentar. Seperti api yang padam oleh air, tetapi masih menimbulkan asap yang sesak. Seperti rumput liar yang kerap kali dicabuti, tetapi masih berontak ingin tumbuh. Seperti rindu yang terobati oleh temu, tetapi malah menimbulkan candu. Dan seperti aku yang menyukaimu, tetapi masih menyisakan keliru. Mari kita hentikan, dan mulai dari halaman satu. Barangkali masing-masing dari kita akan menemui jalan terjal yang berbeda. Entah kau yang akan sampai duluan atau aku. Itu tidak masalah. Bagiku selama kau baik-baik saja saat perjalanan itu sudah cukup. Aku tidak perlu meredam rasa khawatir yang tiba-tiba lagi. Halaman satu kali ini tak lagi hanya tentang bagaimana kita. Tak lagi tentang canda tawa yang berujung lupa. Tetapi, halaman satu kali ini adalah bagaimana aku melibatkan-Nya. Membiarkan takdir baik-Nya bekerja secara utuh. Sehingga aku tak harus lagi merengek ketika jatuh. Pada akhirnya, halaman-

Entahlah

Banyak hal yang tak bisa ku ceritakan langsung padamu. Semenjak kita memutuskan tak lagi menjadi satu sama lain. Misalnya, ketika ranting itu mulai tua dan memutih lalu patah. Atau ketika daun-daunnya mulai mengering dan tanggal satu persatu. Ia membiarkanku menatapnya dalam-dalam dan lama-lama. Atau ketika  segerombol angin yang sering berlalu lalang di depan pohon itu. Hanya untuk berhembus sebentar saja, lalu pergi. Menyisakan hawa dingin, tanpa membalas dengan rasa hangat. Seperti itulah jeda. Jeda yang diciptakan Tuhan untukku. Jeda, untuk mengenalmu agar aku lebih mengenal-Nya. Jeda, yang menyulap luka menjadi tawa. Jeda itu banyak sekali mengajarkanku perihal melepaskan. Melepaskan kamu, salah satunya. Mungkin, akuu tak lagi berbicara perihal kenangan rutin yang sering bertamu padaku. Namun, aku berbicara tentang keheningan yang menguntit ku dari belakang. Keheningan yang merasuk hebat ketika dadaku ternyata belum menerima kepergianmu seutuhnya. Namun, bukankah ranting i

Ikhlas

Manusia, jika sudah berada pada tahap keikhlasan. Itu berarti ia sudah tidak main-main lagi dengan hidupnya. Tidak lagi hanya memikirkan bagaimana untuk bertahan hidup besok atau besok-besoknya lagi. Lebih dari itu. Ia memikirkan bagaimana ia akan bermanfaat bagi orang lain. Yang akan menjadi amal jariyah penolong ia dihari akhir. Manusia, jika sudah berada pada tahap keikhlasan. Itu berarti ia sudah melewati hal yang sangat luar biasa dalam hidupnya. Yang sangat rapat ia simpan. Ia yang amat kuat hari ini adalah dia yang pernah sangat lemah dulunya. Ia yang sering tersenyum hari ini adalah dia yang selalu berurai air mata. Ia yang hari ini bahagia bukan berarti ia tidak pernah susah payah. Semua itu terjadi, hanya karena sekarang ia sudah menjelma menjadi seseorang yang ikhlas. Maka, apapun bentuk yang Allah berikan terhadap hidupnya. Entah itu buruk atau baik menurutnya. Tetap saja ia ikhlas. Ah, Dia Yang Maha Luas nikmatnya. Apalagi yang perlu kita pertanyakan atas hidup yang

Kamu

Mari kita mulai saling memahami. Ketika rindu yang ku rawat hingga hari ini ternyata masih saja menghantui benda-benda yang kau tinggalkan. Masih mengingat apa-apa yang berada pada suatu tempat yang lebih jauh lagi. Aku sudah lelah untuk melanjutkan perjalanan ini. Mari kita hentikan. Hentikan senyum mu ketika tak sengaja berpapasan denganku. Sebab, aku akan lemah. Dan mulai menggali lagi rasa untuk jatuh cinta tu. Cukup pohon teduh itu yang sempat memisahkan kita, jangan pula biarkan pohon itu kembali mempersatukan kita. Hentikan perhatianmu ketika tahu bahwa aku sedang tak baik-baik saja tanpamu. Percayalah, ini hanya soal waktu. Biarkan aku memeluk erat luka ku sendiri. Tanpa kau perlu tahu bahwa semua itu sungguh tak mudah sebenarnya.