Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2018

Tujuan

Dari sekian banyaknya perjalanan yang sudah kita tempuh. Dari sekian banyaknya aktivitas yang sudah kita lakukan setiap hari. Pernahkah berhenti sejenak dan bertanya pada diri sendiri. Mengapa kita mau melakukannya? Apa yang membuat kita tetap rela menghabiskan waktu untuk rutinitas tersebut? Apa yang membuat kita yakin bahwa semua ini akan membawa kita ke dalam sebuah kebahagiaan? Jangan-jangan yang kita peroleh dalam perjalanan ini hanyalah kurasan energi karena kita tidak tahu mengapa kita mau melakukannya. Jangan-jangan yang kita peroleh dalam perjalanan ini hanyalah jalur orang lain karena kita ingin menjadi sama dengan orang tersebut. Jangan-jangan yang kita peroleh dalam perjalanan ini hanyalah pengkerdilan iman karena kita tidak paham siapa hakikat diri ini di hadapan Allah. Apakah karena kamu sudah lupa dengan esensi tujuan hidup yang sebenarnya? Padahal kamu tahu, bahwa perjalanan tanpa tujuan hanya akan membuatmu terombang-ambing. Mari memulai kembali untuk mengenali

Mendidik

Biarlah semesta mendidikmu dengan cara-Nya. Bisa saja dengan mengambil sebagian hartamu. Bisa saja dengan menguji karirmu. Bisa saja dengan memberimu sedikit kesulitan . Bisa saja mempertemukanmu dengan peristiwa menyakitkan Karena kamu tidak pernah tahu, bagian mana dalam hidupmu yang ingin Allah tingkatkan kapasitasnya. Boleh jadi rasa sabarmu, boleh jadi rasa ikhlasmu, boleh jadi rasa syukurmu. Boleh jadi rasa qonaahmu. Semua sudah ada takarannya. Apa yang Allah ambil darimu pasti Allah ganti dengan yang lebih baik.  Karena pada hakikatnya, kamu sama sekali tidak punya apa-apa. Tidak usah khawatir. Kesedihan itu hanya sesaat. Kekecewaan itu hanya sementara. Yang pasti, kamu tidak akan pernah dirugikan . Sama sekali tidak pernah. Oleh sebab itu, b iarlah semesta mendidikmu dengan cara-Nya.

Lagi-lagi waktu

Semakin dewasa, kita semakin sadar bahwa; setiap waktu yang terlewat tanpa pemaknaan itu adalah sebuah kebodohan. Kita memang terbiasa dengan rutinitas yang selalu diulang setiap harinya. Dari pagi hingga pagi lagi. Kita lupa bahwa apa yang sudah kita lewatkan tidak mungkin kembali lagi. Kita lupa bahwa yang berlalu itu tidak bisa dijemput kembali. Kita mungkin berhasil menyelesaikan rutinitas tersebut. Tapi apakah rutinitas itu membentuk sesuatu dalam diri kita? Waktu adalah hal yang tak bisa diperbaharui. Jika ia sudah dipakai maka ia tidak akan bisa diulang penggunaannya. Jika ia habis, maka habislah. Jika ia hilang, maka tidak satupun alat canggih yang bisa mencarinya. Kita harus ingat, bahwa waktu adalah titipan yang punya batas akhirnya. Kalau pemiliknya meminta, maka harus dikembalikan. Siap atau tidak siap. Waktu yang kita genggam semakin hari akan semakin berkurang takarannya. Diam-diam menyusut secara perlahan. Entah kita menyadarinya atau tidak, tapi itu terjadi. Dan rit