Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2016

Ada apa

Ku fikir paham mu lebih dalam atas ketidakseimbangan ini. Kau sibuk menata hati, begitu juga aku. Kita saling sibuk. Hingga tak sadar bahwa kita tak lagi bertegur sapa. Tak lagi mengingat. Siapa dan bagaimana yang lebih dahulu jatuh cinta. Perkiraan ku kau sekarang sedang bermenung ditempat biasa kita bertemu. Tempat dimana kita saling beriringan. Mengingat hal-hal ganjil yang sudah mulai terasa. Inilah yang kita inginkan (katamu). Saling ketidaktahuan. Membuang muka sekaligus (hati) mu. Kau mengeja namaku terbata-bata. Memperlihatkan bahwa lidahmu tak lagi sejalan dengan inginku. Jalan telah bersimpang. Hingga kau berpijak di bumi yang lain

Pergi

Seringkali sunyi ini ku gayutkan pada sebatang pohon kelapa. Lalu ia mendayu-dayu Membising Mengetuk-ngetuk nadi ku Resah ku Mendempa kening Mengerut Keras membeku Kumis tipis menarik perhatian ku Menjelma bak malaikat surga Menyentrum sudut jantung ku Tiba-tiba ia pergi

Rindu?

Aku sempat menitipkan rindu pada sebongkah pasir. Pasir yang ku temui senja itu. Bukan aku tak mau membawa rindu pulang. Namun, ada sedikit kengerian terlintas dipikiranku. Jangan-jangan rindu hanya menyiksa seluruh aliran darah ku. "Dia sudah tidak ada lagi". Jawab pasir mengagetkan ku. Ia memejam,menunduk, sedikit menggeleng. Lalu mengambil posisi untuk berbalik arah dari ku. "Kemana dia?" Tanyaku sekali lagi. "Dia pergi selamanya" bisiknya ke daun telinga ku. Hawa panas nafasnya terasa sekali. Merinding. "Bukankah rindu diciptakan memang menjadi bagian dari manusia?" aku mengernyitkan dahi. Mengulang-ngulang pertanyaan ku di dalam hati. Oh apakah salah. Tak ada suara. Tak ada jawaban. "Dasar manusia bingas. Ku beritahu sesuatu. Rindu memang ada untuk manusia, termasuk kau. Tapi, apakah kau tahu bahwa manusia seringkali tak sadar memperlakukan rindu seperti apa?