Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2017

Rindu

Akhirnya tangisku pecah Akhirnya aku menyerah. Setelah bertahan cukup lama. Malam ini aku gagal, Tuan. Malam ini aku dikalahkan oleh rindu. Ya, aku merindukanmu. Kau tak apa dengan semua ini? Sakitkah kau seperti sakitku? Aku malu. Ternyata pertahananku runtuh seketika. Aku mengingkari janjiku (lagi). Aku malu. Karena masih berani menaruh rindu pada makhluk-Mu.

Halaman satu

Bukankah halaman demi halaman yang sudah kita buat ini sia-sia? Cobalah jenguk sebentar. Seperti api yang padam oleh air, tetapi masih menimbulkan asap yang sesak. Seperti rumput liar yang kerap kali dicabuti, tetapi masih berontak ingin tumbuh. Seperti rindu yang terobati oleh temu, tetapi malah menimbulkan candu. Dan seperti aku yang menyukaimu, tetapi masih menyisakan keliru. Mari kita hentikan, dan mulai dari halaman satu. Barangkali masing-masing dari kita akan menemui jalan terjal yang berbeda. Entah kau yang akan sampai duluan atau aku. Itu tidak masalah. Bagiku selama kau baik-baik saja saat perjalanan itu sudah cukup. Aku tidak perlu meredam rasa khawatir yang tiba-tiba lagi. Halaman satu kali ini tak lagi hanya tentang bagaimana kita. Tak lagi tentang canda tawa yang berujung lupa. Tetapi, halaman satu kali ini adalah bagaimana aku melibatkan-Nya. Membiarkan takdir baik-Nya bekerja secara utuh. Sehingga aku tak harus lagi merengek ketika jatuh. Pada akhirnya, halaman-

Entahlah

Banyak hal yang tak bisa ku ceritakan langsung padamu. Semenjak kita memutuskan tak lagi menjadi satu sama lain. Misalnya, ketika ranting itu mulai tua dan memutih lalu patah. Atau ketika daun-daunnya mulai mengering dan tanggal satu persatu. Ia membiarkanku menatapnya dalam-dalam dan lama-lama. Atau ketika  segerombol angin yang sering berlalu lalang di depan pohon itu. Hanya untuk berhembus sebentar saja, lalu pergi. Menyisakan hawa dingin, tanpa membalas dengan rasa hangat. Seperti itulah jeda. Jeda yang diciptakan Tuhan untukku. Jeda, untuk mengenalmu agar aku lebih mengenal-Nya. Jeda, yang menyulap luka menjadi tawa. Jeda itu banyak sekali mengajarkanku perihal melepaskan. Melepaskan kamu, salah satunya. Mungkin, akuu tak lagi berbicara perihal kenangan rutin yang sering bertamu padaku. Namun, aku berbicara tentang keheningan yang menguntit ku dari belakang. Keheningan yang merasuk hebat ketika dadaku ternyata belum menerima kepergianmu seutuhnya. Namun, bukankah ranting i

Ikhlas

Manusia, jika sudah berada pada tahap keikhlasan. Itu berarti ia sudah tidak main-main lagi dengan hidupnya. Tidak lagi hanya memikirkan bagaimana untuk bertahan hidup besok atau besok-besoknya lagi. Lebih dari itu. Ia memikirkan bagaimana ia akan bermanfaat bagi orang lain. Yang akan menjadi amal jariyah penolong ia dihari akhir. Manusia, jika sudah berada pada tahap keikhlasan. Itu berarti ia sudah melewati hal yang sangat luar biasa dalam hidupnya. Yang sangat rapat ia simpan. Ia yang amat kuat hari ini adalah dia yang pernah sangat lemah dulunya. Ia yang sering tersenyum hari ini adalah dia yang selalu berurai air mata. Ia yang hari ini bahagia bukan berarti ia tidak pernah susah payah. Semua itu terjadi, hanya karena sekarang ia sudah menjelma menjadi seseorang yang ikhlas. Maka, apapun bentuk yang Allah berikan terhadap hidupnya. Entah itu buruk atau baik menurutnya. Tetap saja ia ikhlas. Ah, Dia Yang Maha Luas nikmatnya. Apalagi yang perlu kita pertanyakan atas hidup yang

Kamu

Mari kita mulai saling memahami. Ketika rindu yang ku rawat hingga hari ini ternyata masih saja menghantui benda-benda yang kau tinggalkan. Masih mengingat apa-apa yang berada pada suatu tempat yang lebih jauh lagi. Aku sudah lelah untuk melanjutkan perjalanan ini. Mari kita hentikan. Hentikan senyum mu ketika tak sengaja berpapasan denganku. Sebab, aku akan lemah. Dan mulai menggali lagi rasa untuk jatuh cinta tu. Cukup pohon teduh itu yang sempat memisahkan kita, jangan pula biarkan pohon itu kembali mempersatukan kita. Hentikan perhatianmu ketika tahu bahwa aku sedang tak baik-baik saja tanpamu. Percayalah, ini hanya soal waktu. Biarkan aku memeluk erat luka ku sendiri. Tanpa kau perlu tahu bahwa semua itu sungguh tak mudah sebenarnya.