Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2018

Mati

Kalau mau membuka suatu forum, saya selalu senang mengawalinya dengan baca surat Al-Mulk ayat 2. الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ "Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun." Saya jadi ingat pertanyaan salah satu ustad disebuah kajian yang pernah saya ikuti. "Kenapa sih Allah bilang mati dulu baru hidup?" Saya mencoba menjawab. "karena kita harus mati dulu ustad, baru kita berada kekehidupan yang sebenarnya." Ustad itu tersenyum sambil mengangguk dua kali. "Jawabannya sebenarnya apa ustad?" tanyaku tak sabar. Mata ustad memandang ke arah kami. Sorot mata itu seakan berbicara, ini berat kamu nggak akan kuat. Apalagi aku. Kami semua terdiam. "Kenapa Allah bilang mati dulu baru hidup? Karena kebanyakan manusia berlagak pura-pura lupa kalau setelah kematian it

Diri sendiri

Cobalah bahagia dengan caramu sendiri. Jangan cenderung melihat bagaimana orang lain hidup. Kamu punya jati diri kok. Kamu punya potensi yang orang lain nggak punya. Tidak perlu merasa kecil atau minder. Pencapaian setiap orang itu berbeda, karena potensi yang mereka miliki juga berbeda. Seperti daun yang jatuh dari pohonnya saja tak luput dalam kuasa-Nya. Apalagi manusia yang Allah hadirkan di bumi. Nggak mungkin nggak ada maksud dan tujuannya. Pada akhirnya, kamu tidak akan pernah paham dengan dirimu sendiri jika terus-menerus ingin menjadi orang lain. Saat si A melakukan itu, kamu juga ingin melakukannya. Kamu memaksa diri untuk berklamufase agar terlihat mirip dengan si A. Karena sia A itu gini gini gini. Tanpa disadari, hal itu mulai membuatmu kehilangan diri sendiri. Kamu menjadi jarang mendengar suara hati. Bahwa dia, juga punya sesuatu yang bisa dieksplor tanpa harus melihat bagaimana o rang lain hidup Lalu perlahan-lahan kamu lupa, bahwa diri sendirilah yang akan membuat

Sebuah Tubuh

Kemanapun kamu pergi, ingatlah kemana kaki itu diajak melangkah. Jalan mana yang hendak kau susuri. Dan apa yang menjadi tempat tujuan. Apapun yang kau lakukan, ingatlah untuk apa tanganmu kau gunakan. Mendzalimi orang, atau untuk membantu orang lain dengan sepenuh hati. Lalu, bicaralah penuh lemah lembut . Karena sesungguhnya Allah menyukai kelemah lembutan. Saat Fir’aun sudah sampai pada puncak ketaghutan dengan mengatakan, “Akulah tuhanmu yang paling tinggi,” maka Allah mengutus Nabi Musa dan Harun untuk memperingatkannya dan mendakwahinya seraya berpesan, اذْهَبَا إِلَى فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَى فَقُولَا لَهُ قَوْلًا لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى “ Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut .” (QS. Thaahaa: 44) Dan pada akhirnya, peliharalah hati yang lapang. Isi dengan Al-qur'an dan dzikir. Ketahuilah bahwa akhlak terbiasa menjadi cermin dari hati kita.

Tanda tanya

Antara musim dingin dan musim panas. Aku menyukai keduanya. Tidak terlalu pemilih memang. Menerima apapun yang disuguhkan. Kaca-kaca berembun itu tak lagi nampak. Matahari berhasil menelannya sebelum aku sempat menyimpannya. Sayup-sayup angin yang dulu terdengar kini tidak tahu lagi kemana rimbanya. Bunga-bunga yang setiap bulan punya musim tertentu, sekarang hanya mekar beberapa saat lalu hilang. Dulu, warna-warna hijau itu mudah ku jumpai. Kini, hanya gedung-gedung pencakar langit yang terlihat. Ah, ternyata sudah banyak yang berubah. Aku jadi paham, kenapa orang-orang itu menyimpan kebencian sedalam itu. Aku rasa, penyebabnya ini. Meski tidak semuanya yang paham tentang apa yang tengah terjadi.

Amanah

Malam ini sebagian tubuhku lemas dan minta dibaringkan. Seharian ini rasanya berat sekali. Ada beberapa hal yang sebenarnya cukup menyita pikiran. Namun, alhamdulillah Allah rasanya selalu memberi kekuatan. Jadi teringat tahun lalu saat diberi amanah sama Allah untuk disibukkan di jalan dakwah. Rasanya rindu sekali. Memang ya, saat kita tidak sedang disibukkan dengan umat maka kita akan disibukkan dengan diri sendiri. Nggak tau kenapa ada aja masalah. Lebih mudah marah, soudzon, nggak sabaran, dan lain sebagainya. Tiba-tiba handphoneku berdering. Sebuah  whatssap masuk dari salah seorang kakak. "Maka kesempatan untuk berkontribusi lebih di jalan dakwah ini adalah cara terbaik. Ya, cara terbaik Allah SWT dalam menjaga kita. Bukankah tidak asing lagi sebuah nasehat, “jika bukan karena disibukkan dalam beramal kebaikan, maka bersiaplah lalai dalam kubangan keburukan nan membawa nestapa”. Pesan itu aku baca berkali-kali. APA? Amanah ini masih dipercayakan Allah untukku. Rasanya ti

Hidup

Mau tidak mau. Siap tidak siap. Kita harus berani jatuh dan bangkit dalam waktu bersamaan. Layaknya tidak ada kesuksesan tanpa kegagalan. Dan tidak ada masalalu yang tak punya masa depan. Harus belajar lagi, apa makna dari kalimat Allah akan ganti sesuatu yang kita punya dengan sesuatu yang lebih baik. Sering dengar curhatan orang, lalu mencoba memberi nasehat "sabar ya, Allah bakal ganti kok. Cobaan itu kan tanda Allah sayang" seakan-akan kita bisa sabar jika kita yang sedang mengalaminya. Ternyata nggak. Sedih banget saat kita Allah uji dengan hal seperti itu. Nggak ikhlas, tapi kita cuma seorang hamba. Mau protes, tapi.. Masa iya protes sama Dzat Yang Maha Adil. Mau minta nego, jangan gini Ya Allah, gitu aja. Emagnya hidup itu terserah kita? Nggak kan. Hidup itu harus dijalani sesuai rel. Mau relnya belok kiri, putar kanan, jungkirbalik sekalipun ya tetap harus seperti itu. Coba bayangin kalau hidup itu ibarat kita lagi main roller coaster. Dan kita memutuskan untuk kel

Nikmat

"Sedikit saja Allah itu mengurangi nikmatnya, rasanya banyak sekali yang hilang dari kita" ucap perempuan itu dengan lembut. Perkara nikmat rasanya tak pernah habis untuk dibahas. Semua seluk-beluk hidup tak lepas dari nikmat. Saat kondisi sadar maupun tidak sadar, oh ini ya nikmatnya. Beragam cara Allah memberikannya. Bahkan dengan cara yg tidak pernah kita terka sedikitpun. Lewat kesedihan, Allah beri nikmat. Lewat kebahagian, Allah beri nikmat. Lewat jalan apapun. Kadang, perasaan syukur kita memang ada hanya ketika senangnya saja. Padahal nikmat itu tak bisa kita ukur dengan cara seperti itu. Adakah peristiwa buruk yang menimpamu namun membuatmu berubah lebih baik? Itu nikmat. Adakah kebahagiaanmu yang membuatmu lupa dengan Allah? Itu bukan nikmat. Maka pandai-pandailah membedakannya. Pandai-pandailah menyikapi suatu kejadian. Karena kata Allah "boleh kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu. Dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal buruk untuk

Pilihan

Sajak-sajak  itu kini telah mati. Ditelan buih lautan beberapa tahun silam. Yah,  walaupun  sebenarnya kita punya pilihan. Tetap saja  memaafkan  itu perlu. Sesakit hati apapun kita sama seseorang.  Rumusnya  tetap sama, tidak ada manusia yang  sempurna . Makanya, sekalipun kita keliling dunia untuk mencari kesempurnaan, tetap tidak akan pernah ketemu. Ke eropa, amerika, bahkan ke makkah, no body perfect in the world. Ada yang umurnya sudah belasan tahun? Atau mungkin puluhan tahun lebih? Saya yakin sudah menemukan banyak sekali sifat manusia yang pernah ada disekelilingnya. Dan saya juga yakin, tidak jarang orang-orang itu menyakiti  hatimu . Entah itu lewat lisan, atau perbuatannya. Hingga hari ini, mungkin kesalahan itu belum bisa kamu lupakan sepenuhnya. Manusia punya otak yang bisa bekerja sebagai memori pengingat. Mereka salah jika menasehati "lupakan saja, hidup terus berjalan" Tidak akan ada satupun peristiwa yang bisa kita lupakan. Apalagi peristiwa it

Ambisi

Pagi ini dengan perasaan malas aku bangkit dari sepetak kasur yang baru kemaren sore ku temui.  Memeriksa beberapa buku yang masih tergeletak pasrah sejak subuh tadi Hari ini, cerita baru kembali dimulai. Setelah selesai isitirahat beberapa waktunya, keluhnya.               Orang-orang dengan ambisilah yang akan bertahan ditengah kerumunan masyarakat yang penuh drama ini. mereka punya keinginan. Sedangkan yang lain tidak. dengan keragaman cara orang-orang itu berkutat bersama segudang aktivitas. Memikirkannya saja lelah. Apalagi melakukannya. Setiap hari harus dikejar tumpukan tugas. Yah, seperti yang saya bilang tadi. Hanya orang-orang yang punya ambisilah yang akan bertahan dengan ditengah kerumunan masyarakat. Dengan guyonan khasnya “ seleksi alam selalu terjadi”. Begitulah. Tidak semua orang sanggup dengan hingar bingar dunia. Lihat saja siapa yang akan bertahan hingga ke garis akhir tidak pernah tertebak. Kereta-kereta itu terus melaju. Dan orang-orang yang tertinggal teta

Perjalanan

Perjalanan selalu menyisakan tanda tanya. Tentang hikmah, rasa, dan ketakjuban. Bagaimana seringnya bepergian, tanpa sadar selalu ada rasa kagum yang dibawa pulang. Jadi keingat lagu waktu kecil. "Pelukismu agung, siapa gerangan? Pelangi-pelangi ciptaan Tuhan." Sepanjang perjalanan mulut komat kamit terus. Kok bisa ya? Ya Allah Indah banget. Ini baru Sumatera barat. Belum Indonesia. Belum dunia. Belum semesta. Seharusnya kita memang ngerasa kecil. Iya. Kecil banget. Kayak debu-debu aja. Allah ngasih mata untuk ini kali ya, ngeliat penciptaan-Nya yang sangat luar biasa. Kok masih bisa kurang syukur gini. Kok masih bisa kufur gini. Masih ngerasa kurang. Masih ngerasa belum cukup. Padahal Allah selalu ngasih kode, ada hal yang kamu dapat tapi orang lain nggak. Begitusih, setiap manusia pasti punya sesuatu yang nggak pernah sama yang Allah berikan. Punya keistimewaan sendiri-sendiri. Punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Untuk itu, kita mesti lebih kenal siapa dir

Januari 2018

Apa yg kita semai hari ini, itulah yg akan kita tuai suatu hari nanti. Kita yang menanam, pun kita juga yang akan memetiknya. Bukan orang lain. Mungkin Allah nggak balas sekarang, tapi suatu saat. Mungkin nggak lewat tangan kita , tapi tangan org lain. Nggak usah sedih. Nggak usah khawatir.. Gimana orang ke kita nggak bakal berpengaruh sama kehidupan kita, kecuali kita yang memutuskan untuk membiarkannya jadi pengaruh. Keputusan ada ditangan kita. Istimewanya manusia itu ya ini. Dia punya kendali sendiri untuk hidupnya. Dia memiliki kontrol yang bisa dijadikan alat untuk melebihkan atau mengurangi. Tentu hasil akhirnya tetap Allah yang memutuskan. Hidup itu hukum sebab akibat. Dan akan terus seperti itu. Kita marah dan nggak marah pun Allah pasti balas. Hidup yang akan kita jalani dimasa depan adalah hasil perilaku kita hari ini. Karena keberkahan hidup tidak dinilai dari popularitas, harta, dan kemewahan. Semua nggak bakal kita bawa mati kok. Tanpa sadar ternyata kita sedang mem

Nekat aja dulu

Sebagai seorang calon tenaga kesehatan dengan status masih mahasiswa semester 3. Membuat saya sedikit takut dan berhati-hati ketika turun ke rumah sakit untuk real setting. Lingkungan yang terbuka. Orang-orang datang darimana saja. Dan tentu mereka semua tidak tahu bagaimana keseharian kita sebenarnya. Jilbab yang menutup dada serta memakai handshock hampir tidak saya temukan disini. Apalagi saya berada di lingkungan militer (Rumah Sakit Tentara). Dokter, perawat, bidan dan tenaga kesehatan lainnya memakai seragam yang serba ketat. Karena begitulah aturan di rumah sakit itu. Awalnya saya takut dan khawatir jika tetap kekeuh dengan prinsip saya. Takutnya mereka tidak menyukai dan merasa ini itu dengan saya. Pergolakan batin yang begitu hebat dengan diri saya. Ya Allah, inilah yang dinamakan ujian iman? Saya terus berdoa untuk diberi kemudahan. Lalu, tepat pagi itu saya memutuskan untuk nekat. Memakai jilbab yg menutup dada dan memakai handshock. Awalnya saya masih takut dan ragu.