Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2019

IMIF 2019

Di sesi terakhir, kami menangis sejadi-jadinya menceritakan jalan juang kami masing-masing untuk sampai ke tempat ini . Ada yang harus berhutang, ada yang hampir refund tiket pesawat, ada yang bertengkar dengan dosen dan cerita pedih lainnya. Tak ada yang kami bawa, selain semangat untuk berperan meningkatkan kesehatan ibu dan anak. Terimakasih bidaninisiator telah memberikan ruang pembelajaran semenghebatkan ini. Berhasil meruntuh pertahanan 'sok tahu' kami;bahwa ternyata banyak ketidakmengertian kami dalam menyelesaikan masalah. Bahwa kami bukan seorang hero;wonder woman atau apalah bentuknya yang akan menyelamatkan dunia dengan jurus-jurus yang kami miliki saja. Di sini, kami harus merombak kembali segala inisiasi yang kami punya. Pun di sini, kami lebih banyak diam, merenung dan berefleksi kembali atas apa-apa yang kami sebut 'berjuang' selama ini. Pada akhirnya kami menyadari, bahwa segala sesuatunya selalu dimulai dari langkah-langkah kecil. Dan seringkali lang

2020

Terimakasih 2019. - . Tahun yang cukup rumit dengan segala drama korea di dalamnya. - . Tahun yang kian mendebarkan dengan adegan-adegan tak terduganya. - . Tahun penuh keberanian dengan segala keputusan spontan yang tidak pernah direncanakan sebelumnya. - . Tahun penuh keriuhan dengan fluktuasi iman yang begitu signifikan. - . Saat diri ingin berlari kencang, justru Allah minta untuk tetap berjalan dengan tenang. Saat diri memilih untuk belajar, justru Allah meminta untuk saatnya mengajar.  Tentang menyeimbangkan peran, memberi, berkolaborasi, menambah atau meniadakan rencana-rencana diri dengan penuh ketabahan. Bahwa harapan layaknya pasti yang tak mudah untuk digenggam. Di 2019 lahirnya @rumahperempuan @ceritakebaikanramadhan @kartini.muslimah dan @indonesianfuturemidwife dengan segala jalan terjal yang menyertainya. Kini, kembali berefleksi, akan dibawa kemana semua inisiasi ini? Barangkali, memang ada banyak hal yang perlu ditata kembali di 2020. Tak apa-apa. Set

Teman perjalanan

Menguatlah seiring banyaknya orang yang menganggapmu lemah. - . Beranilah seiring banyaknya orang yang menganggapmu penakut . - . Berbuatlah seiring banyaknya orang yang menganggapmu tidak bisa melakukan apa-apa. - . Mereka tidak pernah tahu bagaimana kerasnya juangmu untuk sampai ke hari ini. Menguatlah seiring banyaknya orang yang menganggapmu lemah. - . Beranilah seiring banyaknya orang yang menganggapmu penakut . - . Berbuatlah seiring banyaknya orang yang menganggapmu tidak bisa melakukan apa-apa. - . Semoga yang saat ini kita perjuangkan adalah apa-apa yang Allah tugaskan, apa-apa yang Allah ridhakan. Meski pada kenyataannya sesak itu tidak datang sekali saja, kesedihan itu tidak hadir sementara dan kekecewaan itu Mereka tidak pernah tahu bagaimana kerasnya juangmu untuk sampai ke hari ini.

Menapaki anak tangga

Hidup itu memang tentang perjuangan, dear. Berjuang menapaki satu-persatu anak tangga untuk menuju puncak. Menerka-nerka tentang apa yang akan kita jumpai pada tiap anak tangganya. Boleh jadi rasa senang atau kesedihan. Tiada yang tahu. Langkah demi langkah yang kita mulai seakan pertanda bahwa hidup ini memang tidak mudah. Rasanya, selalu saja ada yang membuat kita rapuh, selalu saja ada yang membuat kita sakit, selalu saja ada yang membuat kita kehilangan. Entah kehilangan kepercayaan diri, momen, kesempatan, seseorang, atau bahkan impian yang kita rajut begitu baik sebelumnya. Anehnya, kita seringkali bertemu dengan apa yang kita takutkan, kita seringkali berjumpa dengan apa yang kita khawatirkan. Semesta seakan sengaja membuat kita harus menapaki anak tangga selanjutnya meski kita tengah berada dalam keadaan yang tidak pernah siap. Tapi apakah kamu ingat, dear? Di tengah ketakutan dan kekhawatiran itu ternyata semuanya tetap bisa kamu lalui dengan baik. Sedikit demi sedikit, pe

Ketakutan

Barangkali ketakutan yang nyata ada pada diri kita ialah ketakutan untuk menjalani konsekuensi atas keputusan yg sudah kita buat. Yang mau tidak mau, setiap hari harus kita nikmati prosesnya. Yang siap tidak siap, ia tetap akan kita hadapi. Ragu, cemas, khawatir, tentang segala hal yang tidak benar-benar bisa kita kendalikan dengan sepenuhnya. Karena memang tugas kita bukan pada hasilnya tapi pada ikhtiarnya. Barangkali ketakutan yang nyata ada pada diri kita ialah ketakutan akan mencintai diri kita secara utuh . Menerima segala bentuk kekukarangan yang ada pada diri. Memahami semua keterbatasan yang memang tak perku kita lakukan segalanya dengan sempurna. Karena memang tidak ada yang menuntut kita untuk seperti itu. Barangkali, ujung dari ketakutan ini sesungguhnya adalah ketidaksiapan diri. Tidak siap untuk gagal, tidak siap untuk patah, tidak siap untuk memberi dan menerima, tidak siap untuk berjuang dan tidak siap untuk kerja keras. Tidak apa-apa. Kita hanya perlu mencoba untu