Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2018

Kejutan Allah

Kalau Allah bilang semuanya sudah dijamin. Lalu adakah kita perlu bersikap sekhawatir ini akan sesuatu yang belum tentu terjadi? Kerahasiaan akan masa depan seharusnya jadi sesuatu yang buat kita semakin mendekatkan diri pada Allah. Itu tandanya, kita benar-benar kecil dan nggak punya daya apapun. Boleh galau sih, boleh gelisah. Ya, namanya juga manusia. Asalkan kegalauan dan kegelisahan itu jadiin kita makin lengket sama Allah. Bukan malah sebaliknya. Kita ngeluh sampai-sampai kita bilang Allah nggak adil, Allah nggak sayang. Lho, bukankah sikap seperti itu malah jadiin hati kita makin keras, dan akhirnya kita nggak bisa ngeliat hikmah yang Allah selipin dalam ketetapan itu. Sekelas Nabi ibrahim saja juga sempat gelisah dan galau kok. Pernikahannya dengan Siti Sarah tak kunjung dianugerahi keturunan. Tapi apakah Nabi Ibrahim bilang "Allah kok nggak adil sih, gue kan Nabi? Enggak. Nabi Ibrahim tetap ikhlas dan terus doa sama Allah. Lalu datanglah berita dari malaikat "M

Penilaian manusia

Kalau kamu ingin menjadi orang baik sesuai versi manusia, jangan. Capek. Karena nggak bakal pernah ada habisnya. Si A pengen kita lebih gini, sedangkan si B pengen kita lebih gitu. Si C bilang kita udah nggak asyik, sedangkan si D lebih suka kita yang sekarang. Nah, bingung kan nurutin yang mana? Akhirnya kita bukan bermuka dua lagi, tapi bermuka banyak wkwk jangan sampai jangn sampai Standar penilaian manusia itu beda-beda. Entah 'baik' menurut mereka itu yang kayak gimana. Karena terkadang mereka menilai itu pake nafsu. Yah, sama-sama tahu aja kerja nafsu itu gimana. Sangat sangat tidak pantas untuk dijadiin rujukan. Hari ini, banyak orang yang hidup dalam kepura-puraan. Cuma hanya untuk dapatin tempat tertinggi di hati banyak manusia. Itu pasti nyiksa banget. Karena sama aja kita nggak menghargai diri kita sendiri. Menukar penghargaan diri dengan pujian fana yang dengan sekejap bisa aja berubah. Sekarang, coba berhenti dari itu semua, lalu mulai tata perilaku kita d

Hidayah

Tahun udah naik satu angka, dan iman kita? Masih mau di situ aja? Kita sering banget mengkambing hitamkan hidayah kalau sudah ngomongin soal iman Belum dapat hidayah nih Hidayah kok nggak datang-datang ke gue ya?Yakin nggak datang? Atau emang kamu yang ngusir seenaknya aja saat hidayah itu datang? Pernah nggak sih di suatu titik kamu tiba-tiba kepikiran Pengen juga kayak si A, kerudungnya panjang kelihatan lebih adem (cuma angan-angan doang) Si B kok ngajinya bagus ya, kapan gue bisa gitu (nanya kapan bisa, tapi baca quran aja cuma itungan jari) Enggak mau pacaran lagi ya allah, sakit hati mulu (seminggu habis itu pacaran lagi) Terbuktikan kamu yg ngusir hidayah itu sediri? Padahal mungkin udah ribuan kali allah datangin, tapi kamu memilih balik lagi ke masa jahiliyah kamu Seandainya kamu tahu gimana mahalnya hidayah itu, yang nggak bisa digantiin sama emas berlianmu, seharusnya saat ini kamu nangis buat minta lagi sama Allah Sekelas keluarga nabi saja ada yang tidak allah ka