Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2019
"Saya saja sudah S2, rasanya masih belum cukup ilmu menjadi seorang ibu. Walaupun anak saya sudah 3." Semua dimulai dari perkataan itu. Hari ini, perempuan sedang ditimpa musibah yang sangat halus tapi mematikan. Tujuan mereka agar perempuan-perempuan islam tak lagi memberikan peradaban yang baik. Pertama, jauhkan ibu dari rumahnya Kedua, alihkan fokus perempuan akan perannya Untuk poin pertama, Saat dinas, sebenarnya buanyak sekali ketemu case case yg mmprihatinkan. Mona sebutkan beberapa yah. "R" usia 11 tahun dtg ke puskesmas mengeluh demam dg keadaan kaki luka. Setelah diperiksa trnyta luka di kaki si anak sudah infeksi, dan hal tersebut yg menybbkan dia demam. Si anak tatapannya kosong, tidak ada ekspresi, ditanya tidak bisa mnjwb. "Ibunya kemana?" "Ibunya bekerja. Pulangnya selalu malam." Jawab neneknya yg saat itu mengantarkannya berobat. Kasus kedua, Seorang ibu dtg dg anak perempuan usia 5th. Ibu blg anakny mengalami pelecehan
Ternyata yang paling sulit itu jaga mata.. Kadang nggak sengaja ngeliat kamu di jalan eh malamnya terbayang-bayang peristiwa itu. Sampai kebawa mimpi sama hayati. Apalagi kalau lagi rapat, sukanya curi-curi pandang. Ternyata yang paling sulit itu jaga telinga .  Mendengar sekelompok orang yang lagi bergunzing itu entah kenapa kok seru ya. Pengennya nguping terus. Apalagi Kalau lagi galau, kadang lebih memiih dengar lagu melow daripada dengar murrotal. Ternyata yang paling sulit itu jaga mulut. Nggak sadar perkataan kita sering menyakiti perasaan saudari kita. Bahkan gibah sudah jadi kebiasaan sehari-hari. "Kami nggak lagi ngomongin keburukan orang kok. Kami ngomongin kenyataannya". Hei, kalau nggak kenyataan itu namanya fitnah hayati! Ternyata yang paling sulit itu jaga hati. Tanpa sadar sebagian besar hati kita ternyata dipenuhi oleh keinginan kepada manusia. Keinginan untuk dinilai baik, keinginan untuk dinilai sebagai manusia tanpa cela. Hal-hal seperti itu yang kadan

[Ternyata Milenial itu Penipu]

Biasanya apa sih yang dilakuin anak millenial kalau lagi rindu seseorang?  Lihatin foto si 'dia' berjam-jam . Stalking instagramnya setiap hari. Scroll up semua chattigan yang ada 'dia'nya di grup. Pokoknya hayati nggak mau ketinggalan aktivitas sia 'dia' sedikitpun. Biasanya apa sih yang dirasain kalau mau ketemu sama seseorang yang spesial? Pasti hayati deg-degan kan? Nggak sabaran. Setiap malam latihan gimana ketemuannya biar nggak canggung. Pengennya pas bangun tidur eh langsung hari H aja. Iya kan? Tapi.. Tapi... Kamu sadar nggak sih kalau kamu itu penipu? Katanya rindu banget sama bulan Ramadhan tapi kok masih sibuk sama dunia? Padahal ramadhan kan tinggal hitungan hari. Kok nggak ada persiapan apa-apa? Lebih milih pergi rapat daripada daurah ramadhan.  Lebih milih lihat akun youtuber berjam-jam daripada lihat kajian tentang ramadhan. Padahal kan persiapan ilmu itu penting. Ibaratnya kamu mau ke suatu tapi kamu nggak tahu jalannya ke mana. Ya, nggak

Hai perempuan

Hai perempuan.. Sebenarya apa yang membuat hatimu begitu cepat terluka? Apakah karena orang di sekelilingmu tak kunjung mengerti atas perasaanmu? Atau karena kamu terlalu takut berbagi masalahmu pada orang lain? Ah, kamu keliru kalau begitu. Kenapa tak kamu ceritakan semua itu pada Allah? Bukankah Allah yang paling tahu bagaimana menyembuhkan hati hamba-Nya yang terluka? Hai perempuan.. Sebenarnya apa yang membuat hatimu begitu cepat merasa galau? Apakah karena lelaki itu terlalu baik padamu? Atau karena kamu terlalu cepat mengambil kesimpulan tentang kebaikannya? Ah, jangan seperti itu. Kamu boleh jatuh hati padanya. Tetapi jangan sampai ada harapan-harapan semu yang pada akhirnya akan kamu tuntut. Karena percayalah, kamu pasti kecewa. Yang menggenggam hati manusia itu kan Allah. Jika Allah tidak izinkan hatinya terpaut padamu, ya kamu nggak bisa maksa. Maka rubah saja rumusnya, gantungkan harapan itu cukup pada Allah. Hai perempuan.. Sebenarnya apa yang membuat hatimu begitu cepa

Iman

Awalnya Allah letakkan kesabaran itu pada apa-apa yang membuatmu bersedih. Pada ujianmu, cobaanmu, kegagalanmu,  kekhawatiranmu, ketakutanmu akan kehilangan dunia, dan lain-lain. Lalu Allah letakkan kesabaran itu pada apa-apa yang membuatmu bahagia. Pada nikmatmu, kesuksesanmu, kecukupanmu, kekayaanmu, dan lain-lain. Sampai pada akhirnya kamu mengerti, bahwa apa saja bisa terjadi dalam hidupmu. Hari ini sedih, besok bahagia. Hari ini bahagia besok bisa kembali bersedih. Begitu roda itu berputar. Hari ini apa yang kamu genggam begitu erat bisa jadi terlepas. Dan apa yang kamu lepaskan, bisa jadi kembali dengan sendirinya. Lagi-lagi, begitu cara roda itu berputar. Lihatlah, tidak ada yang begitu istimewa dari dunia ini. Tak lain hanyalah sebuah siklus yang berulang. Pagi kembali ke pagi, malam kembali ke malam. Hanya satu hal yang membuatnya berbeda, ketika kamu mengikat semuanya dengan iman. Saat kesedihan itu datang, kamu punya iman. Saat kebahagiaan itu datang pun, kamu punya iman.