Iman
Awalnya Allah letakkan kesabaran itu pada apa-apa yang membuatmu bersedih. Pada ujianmu, cobaanmu, kegagalanmu, kekhawatiranmu, ketakutanmu akan kehilangan dunia, dan lain-lain. Lalu Allah letakkan kesabaran itu pada apa-apa yang membuatmu bahagia. Pada nikmatmu, kesuksesanmu, kecukupanmu, kekayaanmu, dan lain-lain.
Sampai pada akhirnya kamu mengerti, bahwa apa saja bisa terjadi dalam hidupmu. Hari ini sedih, besok bahagia. Hari ini bahagia besok bisa kembali bersedih. Begitu roda itu berputar.
Hari ini apa yang kamu genggam begitu erat bisa jadi terlepas. Dan apa yang kamu lepaskan, bisa jadi kembali dengan sendirinya. Lagi-lagi, begitu cara roda itu berputar.
Lihatlah, tidak ada yang begitu istimewa dari dunia ini. Tak lain hanyalah sebuah siklus yang berulang. Pagi kembali ke pagi, malam kembali ke malam. Hanya satu hal yang membuatnya berbeda, ketika kamu mengikat semuanya dengan iman. Saat kesedihan itu datang, kamu punya iman. Saat kebahagiaan itu datang pun, kamu punya iman. Sehingga apa-apa yang kamu alami, terjadi dengan maknanya masing-masing.
Bukankah iman yang membuat mush'ab bin umair meninggalkan seluruh kesenangan dan kekayaannya demi cintanya pada Allah dan Rasulnya?
Bukankah iman yang membuat bilal bin rabah rela disiksa menahan teriknya matahari sambil dilempari panasnya batu padang pasir demi mempertahankan syahadatnya?
Bukankah iman yang membuat abdullah bin umar dikaruniain usia panjang tapi ia isi dengan kesetiaan penuh kepada Rasulullah dan islam.
Begitulah iman bekerja pada diri seorang muslim. Menjadi kekuatan dan kebaikan.
Komentar
Posting Komentar