Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2017

Memaafkan

Setiap orang berhak mendapatkan maaf darimu. Entah ia menyakitimu dengan sengaja atau tanpa sengaja. Bahkan, ketika ia menyakitimu dengan cara terburuk sekalipun. Ia tetap berhak mendapatkannya, maaf. Ini bukan tentang layak atau tidak layak ia untuk dimaafkan. Bukan tentang seberapa besar kesahalannya terhadapmu. Atau tentang ketidaktahuan diri atas perbuatannya. Tetapi ini cukup tentang penerimaan. Menerima, bahwa sebaik-baik manusia pasti pernah berbuat salah. Pun, seburuk-buruk manusia pasti ingin memperbaiki kesalahannya. Kalimat "Allah saja Maha Pemaaf, kenapa tidak dengan manusia?" itu benar sekali. Kalau kita boleh mengingat, seberapa sering kita membuat kesalahan kepada Allah. Toh, Allah tak langsung menaruh kita ke neraka saat itu juga. Justru Allah memberikan waktu yang dinamai "kesempatan". Akan tetapi, bukan berarti kita boleh menyalahartikan kesempatan itu. Menganggap bahwa itu adalah bentuk pelonggaran azab dari-Nya. Selamat berfikir dan mulai me

Nggak peka

Peristiwa malam ini benar-benar membuat saya kesal sekaligus mengevaluasi diri. Terkadang ketika Allah sedang memberikan kita peluang untuk berbuat baik, saat itu kita malah nggak peka. NGGAK PEKA. Ah, sama cinta menye-menye aja kita cepat sekali pekanya. Jadi ceritanya seperti ini. Sekitar pukul 8.30 malam adik saya yang paling kecil minta dibelikan martabak. Sebenarnya nggakmau beliin, ini udah malam banget dan takut buat keluar. Tapi apalahdaya sama adik bungsu yang satu ini. Nggak bisa nolak permintaannya. Sampailah kami ditempat yang ngejual martabak dan memesannya. Saat si abg tukang martabak lagi bikin martabaknya. Tiba-tiba ada anak laki-laki bersama 2 oran adik perempuannya. Kayak masih SMP gitu sih abangnya. Ia meletakkan motornya cukup jauh dari tempat jualan. Lalu mereka mendekat dan melihat menu+harganya. Tidak lama kemudian, mereka tiba-tiba aja ngejauh dan kembali ke motornya sambil ngitung duit. Saat itu sebenarnya saya udah mulai ngerasa ada sesuatu yang sedang

Untukmu

Untuk yang sedang memantaskan diri karena ingin mendapatkan pasangan lelaki baik/perempuan baik dalam hidupnya. Coba dipikirkan lagi. Kenapa kita mau berlelah-lelah hanya untuk mendapatkan hati seorang manusia? Bukankah nyatanya berharap pada manusia itu hanya akan melahirkan kecewa? Kenapa kita tidak rubah saja rumusnya. Memantaskan diri untuk mendapatkan cintanya Allah. Yang Maha Membolak-balikkan Hati. Yang Maha Menggenggam Hati. Allah lah yang kuasa atas semua hati makhluk di bumi. Jadi, kalau kita sudah berhasil mendapatkan cintanya Allah. Adakah yang harus kita khawatirkan? Kita tinggal minta sama Allah. Mau pasangan yang seperti apa? Seperti muzzamil? Seorang hafiz? Lulusan madinah? Artis korea, artis India? Wkwk Sebut saja siapa. Toh, cintanya Allah saja sudah kita dapatkan, mana mungkin cinta manusia tidak bisa. Allah tinggal bilang "kun fayakun". Maka dari itu, mulailah berbenah diri hanya untuk Allah semata. Jangan tergelincir demi penilaian manusia. Manus

Tidak perlu

Tidak ada yang salah dengan pengusahaan kebahagiaan diri sendiri. Itu mutlak penghargaan mulia tentunya, ketika kita bisa mengemasi keburukan kita dulu-untuk bahagia.  Apapun yang berjalan disekeliling kita ialah cermin. Tidak perlulah segala hal harus terjadi dikehidupan kita dulu, baru kita mau mengambil pelajaran. Tidak. Kita tidak hidup seorang diri. Kita bisa belajar dari kehidupan orang lain. Entah dari keberhasilannya atau kegagalannya.