Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2018

Hukum Allah vs Hukum manusia

Syariat mungkin hadir bukan hanya sebagai pengatur. Tetapi juga sebagai rambu-rambu. Di mana ada hal-hal yang boleh kita lakukan, dan tidak boleh kita langgar. Rambu-rambu biasanya dijadikan rujukan atas sesuatu hal. Oh, kalau ini kamu lakukan berarti kamu salah. Kamu sudah melanggar rambu-rambu. Kamu berdosa. Dan kamu akan mendapatkan hukuman. Kita tahu bahwa hukuman di sini ialah balasan yang akan kita terima di akhirat nanti. Balasannya sesuai dengan besarnya dosa yang kita buat. Memang di dunia kita juga mengenal yang namanya hukuman. Tapi apakah hukuman manusia itu seadil Allah? Sudah jadi rahasia umum, kalau hukum itu tumpul ke atas dan runci ke bawah. Uang bisa membeli hukum manusia. Koruptor sekian milyar bisa berkeliaran ke mana saja dengan tenang. Sedangkan seseorang yang mencuri sendal jepit terpaksa harus masuk jeruji selama beberapa tahun. Bukankah itu aneh?

Pacaran?

Dulu pas masih zaman Abege, aku ngerasa aneh sama orang yang memutuskan untuk nggak punya pacar. "Lha, emang iya bisa bahagia tanpa pacar?" Punya pacar itu asik lho. Ada yang antar jemput, ngajakin makan, perhatian, dan kesenangan lainnya. Dulu aku percaya bahwa nggak semua yang pacaran itu menjerumus ke maksiat. Cuma oknum-oknum tertentu saja yang ngelakuin itu. Karena yang namanya cinta itu suci. Nggak pantas kalau disatuin sama kemaksiatan. Hingga tahun berlalu cepat. Kejadian demi kejadian menunjukkan bahwa mindshet aku tentang pacaran itu salah. Semakin banyak aku belajar agama, semakim aku tertampar keras. Pacaran sebelum nikah itu tetap haram karena pasti mearah ke maksiat. Pasti. Bukan mungkin lagi. Bohong kalau ada yang bilang "saya pacaran nggak ngapa-ngapain kok". Kalau nggak ngapa-ngapain, ngapain pacaran? Percayalah, siapapun kamu yang hari ini sedang pacaran. Bahwa status yang kamu banggakan itu hanyalah fasilitas untuk kamu dan pacar kamu melamp

Menutup Aurat

“Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anakmu  Wahai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang Mukmin, “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka" Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allâh adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.  [al-Ahzab/33:59] Sudah banyak buku-buku yang membahas mengenai hijab. Dan dalam tulisan ini hanyalah satu dari sekian banyaknya buku tersebut. Hari ini, di saat kita masih ragu untuk berhijab sesuai syariat. Disaat kita masih berpikir ‘nanti saja’.   Karena kita   mungkin merasa;bahwa kita belum mampu melakukannya. Kita masih gengsi. Orang-orang menilai kita hanyalah wanita biasa. Nggak terlalu taat dalam ibadah. Jadi, tunda dulu ah. Pasti gerah pakai jilbab menutup dada gitu. Masih susah untuk aktivitas sehari-hari. Aku kan orangnya aktif. Banyak aktivitas. Dan alasan seabrek lainnya. Mungkin memakai jlba

Benarkah?

Memang kalau ditanya secara sekilas, kita sebagai manusia pasti akan memilih untuk menjalani kehidupan sesuai dengan apa yang kita mau. Kita pasti nggak mau untuk diatur-atur. Kita nggak mau dikekang. Nggak mau dibatasi ini itu.  Mungkin secara logika kita berpikir bahwa hidup penuh aturan itu ribet. Kok makan saja diatur? Berpakaian saja diatur? Berbicara saja diatur?  Tapi apakah benar seperti itu yang ada di dalam hati kita? Coba direnungi lagi. Apakah memang hidup tanpa aturan itu yang bisa buat kita bahagia? Apakah memang aturan itu ada cuma buat kita ribet? Padahal sebenarnya kita yang paling tahu, bahwa aturan itu yang menjaga kita. Yang membedakan kita dari makhluk yang lain.  Pernah mendengar kalimat bahwa manusia bisa sama mulianya dengan malaikat dan bisa juga buasnya seperti binantang. Ungkapan itu benar. Ketika manusia hidup sesuai dengan koridornya, menjalani syariat dengan benar. Maka manusis bisa memiliki derajat yang tinggi di mata penciptanya. Seda

Syariat itu apa?

Syariat berasal dari kata dasar sya-ra-‘a yang artinya memulai, mengawali, memasuki, memahami. Atau bisa berarti peraturan, undang-undang, syariat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) syariat adalah hukum agama yang menetapkan peraturan hidup manusia, hubungan manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan manusia dan alam sekitar berdasarkan al-quran dan hadist. Ibnu Manzhur berkata: “Syarat, syara’, dan musyarra’ah adalah tempat di mana air mengalir turun ke dalamnya. Syir’ah dan syari’ah dalam percakapan bangsa Arab memiliki pengertian syir’atul ma;, yaitu sumber air, tempat berkumpulnya air, yang didatangi manusia lalu mereka meminum airnya dan mengambil airnya untuk minum. Bangsa Arab tidak menamakan tempat-tempat berkumpulnya air tersebut syariat sampai air tersebut banyak, terus mengalir tiada putusnya, jelas dan bening, dan airnya diambil tanpa perlu menggunakan tali (Lisanul ‘Arab 8/174) Dalam penjelasan di atas. Syariat islam dianalogikan sebagai sumber a

Peran syariat islam

Konon katanya, kehidupan tanah Arab dahulu sangat berantakan. Disebutkan bahwa zaman itu adalah zaman jahiliyah (kebodohan). Di mana orng-orang hidup sekehendak hatinya saja. Tidak peduli apakah itu merugikan pihak lain, apakah tidak bermanfaat, dan apakah tidak memperhatikan etika sedikitpun. Masyarakat arab punya budaya yang jelek. Contohnya; judi, mabuk-mabukan,menghina orang miskin, dan membunuh anak perempuan. Mereka membudayakan hal-hal tersebut untuk kepuasan mereka sendiri. Untuk itu syariat islam turun di tanah arab.turun sebagai rahmat dan aturan yang jelas untuk memberantas budaya-budaya yang kejam tersebut.  Sesungguhnya begitulah peran syariat. Baik di tanah arab dan seluruh tanah di dunia. Coba bayangkan apa jadinya dunia tanpa syariat islam?   Mungkin akan saling bentrok satu sama lain. Si A mau seperti ini. Si B mau seperti itu. Semuanya sibuk sama kemauannya masing-masing. Hingga saling salip, saling senggol dan tidak sadar bahwa mereka saling menyakit

Tidak tahu

Kenapa kita masih saja ragu melakukannya? Karena nyatanya kita tidak tahu manfaat jika kita melakukan hal tersebut Suatu ketika dalam sebuah forum saya selalu iseng bertanya "Kalau nangis saat puasa batal nggak?" Mayoritas menjawab batal. "Iya batal." jawab saya "Kalau nangisnya sambil minum es cendol." sambung saya lagi. Begitulah kita saat ini, kita sudah menjalaninya bertahun-tahun tapi sesungguhnya kita tidak tahu apa yang sedang kita jalani

Syariat islam hari ini

Tantangan orang-orang terdahulu lebih sulit. Mereka harus sembunyi-sembunyi menjalankan syariat islam. Sedangkan hari ini, syariat islam begitu mudah dijalankan. Tidak ada orang-orang yang berpikir untuk menghinamu. Dulu hanya satu dua orang yang bisa kita lihat berjilbab lebar. Namun hari ini? Sudah banyak