Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2017

Alasan

Saya yakin, selalu ada alasan dalam sebuah pertemuan. Entah itu pertemuan yang singkat atau lama. Misalnya, sekedar berpapasan lalu saling melempar senyum. Atau yang sudah kenal jauh-jauh hari. Bahkan sampai berteman bertahun-tahun. Selalu ada alasan. Tanpa disadari, banyak dari mereka yang berhasil merubah hidup kita. Maksud saya, lewat mereka Allah mungkin menitipkan beberapa kejadian. Boleh saya meminta kamu mengingatnya?  Siapa saja temanmu yang termasuk ke dalam kategori yang ku sebutkan tadi? Ingatan itu seakan membawamu ke beberapa tahun silam. Saat semuanya belum seperti ini. Seperti dalih "jika berkawan dengan penjual parfum, maka bau wanginya sedikit banyak mengenai kita. Pun berkawan dengan tukang besi, hitam besinya bisa saja ikut mengenai baju kita" Jika kamu bilang bahwa kamu bisa hidup tanpa orang lain. Itu salah. Kita butuh orang lain disekeliling kita. Orang yang membenarkan langkah kita ketika salah. Orang yang mengkritik tapi tidak menjatuhkan. O

Menulis itu?

Dulu, saya ingat sekali bagaimana priotitas menulis ini menjadi salah satu andalan tersendiri bagi saya. Semua berjalan begitu mulus dan lancar. Hingga suatu hari, kesibukan lain mulai menjadi tabir untuk saya produktif dalam menulis. Sudah beberapa pekan ini, kesibukan saya di dunia nyata benar-benar mengalihkan perhatian saya. Sama sekali tidak ada tulisan, sama sekali tidak ada bacaan. Ternyata benar, saat saya mencoba lagi untuk menulis, kemampuan saya nyaris hilang. Kaku. Lambat. Tidak ada ide sama sekali. Ah, ada apa ini ya Allah? rasanya setengah dari jiwa saya ikut menghilang, energi dalam diri saya juga tidak senekat dulu. Rasa gairah itu mulai memudar. Ternyata benar, menulis itu adalah kebiasaan. Jika tidak biasa, ya tidak bisa menulis. Nggak perlu punya skill handal dulu. Sering-sering aja nulis pasti bisa nulis. Lalu jangan lupa imbangi dengan membaca. Karena tanpa bacaan kosa kata kita juga bakalan hampa. Gitu ajasih.

Antara cinta dan muara kehidupan

Berbicara tentang cinta, berarti berbicara mengenai hampir dari seluruh hidup kita. Saat usia sudah matang. Rasanya banyak sekali hal-hal yang mesti kita pertimbangkan. Tentang menuruti. Membagi. Memahamkan. Atau sekedar memberitahu. Kita sadar , bahwa cinta memang mengambil peran yang sangat besar dalam setiap episode hidup. Orang yang dulunya jahat bisa berubah jadi baik. Pun, sebaliknya. Orang yang dulunya biasa saja bisa berubah jadi luar biasa. Pun, sebaliknya. Perubahan-perubahan itu wajar sebenarnya. Ketika kita berusaha menyanggupi dan memberikan yang terbaik untuk cinta. Selama ini kita sudah cukup berkelana terlalu jauh. Menghabiskan banyak tenaga yang terkadang membuat kita terduduk lemas. Dari hari ke hari sepertinya kesibukan membuat kita harus melupakan banyak hal. Tentang iman, amal dan ibadah yang sering terbengkalai. Semuanya kita pukul rata. Begitupun dengan saya. Saya pernah berada diposisi antara memilih cinta dan keinginan diri sendiri. Mereka tiba-tiba berta

Apa yang kita cari?

Nggak pernah ada kata puas ketika kita melakukan sesuatu itu untuk kehidupan dunia. Nggak pernah ada kata selesai ketika pekerjaan itu tidak lagi diniatkan untuk Allah. Semakin diisi semakin kosong. Semakin dicari semakin hilang. Begitu kira-kira. Rumus paling pas yang harus kita konsepin dalam otak kita. Bahwa pencapaian dunia itu nggak pernah ada habisnya ketika kita turuti nafsu itu dengan bebas. Apalagi kita tahu, bahwa nafsu itu cenderung k arah keburukan. Nggak mudah memang ketika kita dihadapkan atas 2 pilihan yang menguji iman. Manakala kesenangan dunia ada didepan mata, tapi tak menjanjikan apa-apa untuk akhirat. Atau, kesusahan yang bertubi-tubi namun menambah kecintaan kita kepada Allah. Apakah sanggup memilih antara itu? Maka mulailah menata hati. Agar genggaman itu tak mudah goyah. Sekalipun terpaan angin mungkin akan selalu datang kapan saja. Jangan sedikit-sedikit galau, sedikit-sedikit dendam. Suka ngomongin keburukan orang. Baperan. Dll semisalnya. Padahal bany

Sore sabtu itu

"Keadaan sulit itu bukan karena Allah nggak sayang. Tapi karena Allah lagi negur kita, mungkin" Pagi itu setelah pulang dari puskesmas saya membuka chat WA group liqo. Rencananya sore ini kami akan mengadakan liqo di pantai tempat wisata di kota kami. Karena tidak begitu jauh jaraknya dari kediaman. Dengan suasana badan yang masih lelah sehabis dinas di puskesmas semalam dan baru pulang pagi ini. Ada rasa malas terbesit dihati saya. "Ah, sore ini ijin dulu deh. Takutnya nanti badan tumbang kalau dipaksain. Kan semalam nggak tidur sama sekali jagain pasien". Begitu batin saya. Sampai di kos, beres2, cuci baju, dll. Ba'da zuhur setelah selesai makan. Sekitar pukul 3 sore saya ketiduran. Waktu berlalu, eh udah jam 6 sore aja. Saya kaget. Pemberitahuan whattsap banyak banget. Saya lihat ternyata akhwat udah pada ngumpul di pantai. Nggaktau kenapa langsung pengen nyusul. Siap2 langsung cus k tempat liqo. saya semangat nyusul karena juga pengen main dipantai. H

Yakin?

Meski sudah berusaha, tetap saja ada takdir yang tidak sesuai dengan pilihan kita. Meski sudah berdoa, beberapa dari keinginan kita belum juga terwujud. Bukan Allah nggak sayang. Cuma mau liat aja, mana sih hamba-Nya yang sabar? Oh ini.. Bukan Allah pilih kasih. Cuma mau liat aja, mana sih hamba-Nya yang bersyukur? Oh ini.. Rumusnya gitu aja. Sederhana sih, tapi nggak mudah. Banyak air mata, banyak tekanan, banyak ujiannya. Yang cuma bisa nguatin kita dalam prosesnya siapa? Allah. Iya, Allah. Yakin masih mau jauh-jauhan sama Allah?.

Edisi dinas (2)

Tepat dihari ketujuh saya melakukan rutinitas seperti ini. Rutinitas yang cukup menguras tenaga, mungkin. Separuh hari saya, saya habiskan di Rumah Sakit ini. Mengumpulkan bekal, demi kebermanfaatan kelak dimasa depan. Ternyata disinilah sebenarnya saya sedang diuji. Diuji dengan sedikit kesibukan. Diuji sedikit dengan kelelahan . Rutinitas ini berhasil menggagalkan semua targetan yang selama ini saya jaga. Saya akui, semua amalan yaumi saya berantakan. Dan akibatnya? akhir-akhir ini saya ngeluh aja, khawatir aja, gelisah aja, nggaktau arah aja. Aku iri, sungguh iri Wahai Allah, ternyata menjaga amalan ditengah kesibukan dunia itu lebih berat daripada menahan rasa malas mengerjakannya. Lalu bagaimana dengan mereka yang tetap mampu istiqamah dengan amalannya  saat Allah uji mereka 24 jam dengan pekerjaan? Ah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang memiliki tempat terbaik dihari akhir.