Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2019

Yang tertunda vs yang disegerakan

Yang tertunda itu dari Allah. Pun yang disegerakan juga dari Allah. Yang tertunda bukanlah semata-mata diberikan untuk menjadi bagian dari kesedihan kita, pun yang disegerakan belum tentu menjadi bagian dari kebahagiaan kita. Allah menyembunyikan dan menyimpannya.Tetap menjadikannya sebagai sesuatu yang tidak bisa ditebak oleh logika manusia. Karena pada hakikatnya apa-apa yang melekat pada diri manusia itu terbatas. Penglihatannya terbatas, tangannya terbatas, kakinya terbatas, pendengarannya terbatas, pun kecerdasannya terbatas. Yang tersembunyi itu sengaja di hadirkan untuk dijadikan pembelajaran. Dan tidak ada pembelajaran yang paling baik selain pembelajaran yang membuat iman kita bertambah setiap harinya. Jika rangkaian kejadian yang Allah timpakan kepada kita hanya membuat kita lebih angkuh, lebih sombong, dan iri hati, berarti ada yang tidak benar dari cara kita memaknai kejadian tersebut. Pun jika kejadian itu hanya membuat kita putus asa, hilang harapan, dan suka mengeluh. J
Allah Yang Maha Mengerti tentang diri kita, tentang mimpi-mimpi kita, tentang upaya kita, tentang kesabaran kita, tentang daya juang kita, tentang pengorbanan kita, tentang kebahagiaan kita, tentang rasa sayang kita. Maka saat terjadi pergesekan, ketidaksesuaian, tidak seimbang, tidak pas. Kembalikan lagi semuanya pada Allah. Serahkan dengan ikhlas, tanpa ada rasa khawatir, tanpa ada rasa ragu. Bahwa Allah pasti akan menjadi tempat sebaik-baik penyelesaian. Sebaik-baik tempat menemukan jawaban atas kegelisahan. Hingga kita sampai di titik kerinduan. Rindu dengan lelah-lelah kita hari ini. Rindu akan upaya-upaya kita, kerja keras kita. Rindu akan tangisan kita, perjuangan kita. Merindui segala hal yang sudah kita lewati menuju jalan Allah. Ternyata senikmat ini, semenyenangkan ini.

Ramadhan 1440

Sering saya lupa bahwa ramadhan tidak hanya tentang menjalankan ibadah puasa. Tidak hanya tentang menyelesaikan target-target yang sudah saya sepakati sejak sya'ban . Tidak hanya tentang agenda-agenda baik yang sudah saya direncanakan. Nyatanya Ramadhan adalah tentang kekuatan dari Allah. Dikuatkan untuk tidak makan dan minum kurang lebih 12 jam. Padahal biasanya jarak 2-3 jam saja perut berontak minta diisi. Tapi ajaibnya , kala ramadhan si perut tetap calm tuh. Dikuatkan untuk meninggalkan perkara-perkara yang sia-sia, sehingga di tengah lemasnya badan pun kholas itu alhamdulillah tercapai. Pin dikuatkan berakvitas yang bahkan lebih padat dari hari biasanya. Tanpa Allah, tak mungkin semua itu dapat dilakukan. Nyatanya Ramadhan adalah tentang teguran dari Allah. Bahwa di hari-hari biasa pun kita sejatinya mampu beramal seperti hari ini. Ditegur akan waktu yang berlalu begitu cepat. Baru kemarin awal Ramadhan, eh sekarang sudah setengah jalan saja. Pun ditegur bahwa menjadi ham

Rezeki itu

Suatu hari nanti, entah di waktu yang kapan, pemahamanmu terhadap rezeki akan begitu meluas. Rezeki tidak lagi tentang apa-apa yang mengenyangkan perut. Tidak lagi terbatas atas sesuatu yang sudah kita miliki. Tidak lagi perihal deretan angka-angka dalam buku tabungan. Atau tentang sesuatu yang sudah kita capai. Diberi hidayah islam itu rezeki. Diberi nikmat sunnah, dimudahkan dalam ketaatan dan beramal itu rezeki. Dimampukan menuntut ilmu agama oleh Allah, diluaskan waktu untuk mempelajari Al-quran. Itu semua rezeki. Jika terfokus mencari rezeki yang sifatnya duniawi maka merugilah dirimu. Karena apa-apa yang seperti itu akan lenyap dan hilang. Pun dengan harta. Orang-orang baik di sekitar kita itu rezeki. Sahabat, teman yang selalu mengingatkan dalam kebenaran itu adalah harta. Suami yang terus membimbing istrinya kepada ketaatan adalah harta. Istri yang mengokohkan keimanan bagi suami dan anak-anaknya adalah harta. Pun anak-anak yang tumbuh dalam sunnah adalah harta. Mereka ad

Seni Menikmati Hidup

Hari ini kita ngerasa nggak sih kalau kita itu disibukkan oleh banyak hal. Rasanya kita pengen aja ngerjain semuanya dalam satu waktu. Kuliah, organisasi, ikut lomba a-z, volunteering, dan lain-lain. Kita seolah-olah sedang melakukan segala hal yang diburu. Sampai kita ngerasa kalau waktu kita itu sempit. Sedangkan kita harus mengerjakan ini, itu. Harus menuntaskan ini, itu. Alhasil, terkadang kita tidak menikmati apa yang sedang kita kerjakan. Karena semuanya terlalu banyak dan sama-sama mendesak. Kalau dalam islam, bersegera itu berbeda dengan buru-buru. Bersegera itu adalah ketika kita bisa mensyukuri dan memahami setiap prosesnya, dengan syarat kita tahu apa yang ingin kita tuju. Tetapi bukan juga berarti lambat ya, melainkan tetap tenang dan tidak tergesa-gesa . Jadi kita itu diminta untuk fokus pada growthnya bukan pada speed. Bukan gimana cepat kaya, gimana cepat lulus, gimana cepat nikah, gimana cepat punya kendaraan pribadi, dan lain-lain. Kadang kita suka sekali memikirkan

Usaha vs Ketetapan Allah

Dulu kita berpikir bahwa usaha-usaha kitalah yang mengantarkan kita pada pencapaian-pencapaian hari ini. Karena kita begitu percaya dengan kalimat 'usaha tidak akan mengkhianati hasil'. Maka ketika kita sudah berjuang sedemikiannya, pun kita akan percaya bahwa hasil yang akan kita dapatkan sesuai dengan apa yang kita sudah perjuangkan. Sehingga kita begitu keras menempa diri. Mendidiknya untuk selalu mengasah kemampuan semaksimal mungkin. Mengajaknya untuk selalu menjadi orang yang suka belajar. Dulu kita berpikir bahwa yang namanya usaha pasti butuh energi yang besar. Karena kalau kata si fisika usaha sama dengan gaya. Apa yang kita bayangkan saat mendengar kata gaya? Sesuatu yang berat, butuh dorongan atau tarikan. Maka yang namanya usaha itu tidak berlaku bagi orang yang lemah. Sehingga kita terbiasa mendeskreditkan keberhasilan itu hanya untuk mereka yang mampu tampil menonjolkan kekuatannya. Tapi kita lupa memahamkan diri; bahwa ada kekuatan Yang Maha Dahsyat. Yang menj

Memahamu secara utuh

Sejak kita sadar bahwa dunia tidak seistimewa yang kita kira, kita pun mulai meninggalkan ambisi-ambisi fana yang dulu begitu kita kejar. Kita mulai menghapus satu persatu target pencapaian, melepas keterikatan kita yang rasanya sudah terlalu erat genggamannya pada dunia. Karena ternyata itu semua sungguh melelahkan. Urusan-urusan yang tidak kunjung selesai, keinginan yang semakin banyak, harapan yang semakin bertambah, dan tuntutan-tuntutan baru yang mulai minta ditunaikan. Tentang sesuatu yang hendak kita perjuangkan, kita mulai menjadikannya lebih sederhana. Karena definisi sukses itu kini sudah berganti. Tidak lagi tentang sesuatu yang besar dan terlihat menyenangkan. Sukses tak lagi tentang apa-apa yang terlihat di permukaan. Bukan tentang hidup mewah, bukan tentang sekolah di mana dan gelar apa, bukan tentang gaji berapa dan sudah membeli apa. Karena sekali lagi, sukses tak lagi tentang apa-apa yang terlihat di permukaan. Sejak kita mengerti bahwa hidup ini bukanlah perjalanan