Usaha vs Ketetapan Allah
Dulu kita berpikir bahwa usaha-usaha kitalah yang mengantarkan kita pada pencapaian-pencapaian hari ini. Karena kita begitu percaya dengan kalimat 'usaha tidak akan mengkhianati hasil'. Maka ketika kita sudah berjuang sedemikiannya, pun kita akan percaya bahwa hasil yang akan kita dapatkan sesuai dengan apa yang kita sudah perjuangkan. Sehingga kita begitu keras menempa diri. Mendidiknya untuk selalu mengasah kemampuan semaksimal mungkin. Mengajaknya untuk selalu menjadi orang yang suka belajar.
Dulu kita berpikir bahwa yang namanya usaha pasti butuh energi yang besar. Karena kalau kata si fisika usaha sama dengan gaya. Apa yang kita bayangkan saat mendengar kata gaya? Sesuatu yang berat, butuh dorongan atau tarikan. Maka yang namanya usaha itu tidak berlaku bagi orang yang lemah. Sehingga kita terbiasa mendeskreditkan keberhasilan itu hanya untuk mereka yang mampu tampil menonjolkan kekuatannya.
Tapi kita lupa memahamkan diri; bahwa ada kekuatan Yang Maha Dahsyat. Yang menjadi penentu mutlak tentang keberhasilan kita. Saat kita gagal lalu mempertanyakan segala usaha kita, saat itulah kita keliru. Tidak seharusnya kita sandarkan hasil perjuangan kita pada kemampuan diri sebagai manusia. Untuk berkedip saja itu atas izin Allah. Apalagi bergerak mengerjakan sesuatu.
Sama halnya saat ramadhan ini. Kalau Allah nggak izinin mana mungkin bisa puasa sambil kuliah. Malamnya harus tarawih, pulang udah larut eh ngerjain tugas pula. Belum ngejar target kholas, hafalan,murojaah, bacaan, nulis. Tidur sejam eh udah sahur aja. Subuh, tilawah lagi lanjut tugas eh kuliah lagi. Kalau nggak Allah yang mampukan mana mungkin kamu bisa wahai manusia.
Komentar
Posting Komentar