Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2019

Terbalik

Justru yang terbaik itu tidak pernah dalam takaran manusia . Meski kita kira sudah menjalani segala sesuatunya dengan baik. Tapi boleh jadi yang baik itu hanya sebatas pandangan kita saja. Barangkali yang terlihat tepat, mudah, menyenangkan itu memang tidak Allah persiapkan untuk kita. Kita tidak butuh itu. Kita butuh yang lain. Yang bisa membuat kita terus belajar di setiap perjalananannya. Hingga tiada satupun yang terlewat dengan hikmah. Bukankah kita perlu yang seperti itu? Barangkali yang terlihat tidak tepat, sulit, tidak menyenangkan itu bukan berarti menjadi sesuatu yang buruk. Karena orang yang kuat itu biasa tumbuh dari rasa sakit yang berulang, patah yang tidak sekali dan kekecewaan yang tidak pernah terbayangkan . Memang, yang paling sulit dalam hidup itu adalah menyikapi takdir. Memberi respon atas segala sesuatu di luar kendali kita. Atas bab hasil yang Allah berikan setelah bab ikhtiar yang kita jalankan. Ternyata menggenggam sesuatu yang kita inginkan begitu erat it
Kamu pasti akan tetap mampu menjadi tegar, meski mungkin tak banyak orang yang membuka tangan untuk memberi kekuatan. Kamu pasti akan tetap bisa tersenyum, walau kesedihan begitu sering mengetuk pintu untuk datang. Kamu pasti bisa menyelesaikan banyaknya permasalahan, meski tiada satupun yang bersedia menjadi teman untuk mencari jawaban Kenapa? Karena kamu punya Allah .

Ketakutan

Kadang, kita begitu takut untuk melangkah pada keputusan baru. Karena selama ini kita ngerasa 'kok banyak dari keputusan kita itu yang berujung kecewa? Kita sedih, gagal, bingung Ngerasa nggak layak Kok yang kita hadapi berat banget ya rasanya? Galau, gelisah, khawatir Ngeliat orang lain kok mereka happy terus ya. Lalu kita tenggelam dengan badai yang Lalu hari-hari kita udah kayak orang yang paling berat ujiannya. Padahal mah ujian kita nyatanya masih di bawah standar euy! Tapi kita suka gitu, mendramatisir keadaan. Ruang bertumbuh setiap orang emang beda, karena ranah peran yang Allah titipkan pun berbeda. Kita ngebandingin kemampuan kita sama orang lain sampai ke ujung dunia mah nggak bakal nemu titik habisnya. Kita perannya untuk masalah A, orang lain untuk masalah B-Z. Ya, tracknya berbeda lah. Kalau track kita banyak duri, kerikil dan jalan berkelok. Tapi orang lain ndak nemu itu di perjalanannya. Ya ndak apa-apa. Ridha, ikhlas sama garis cerita Allah buat kita.
Gimana kita bisa membangun peradaban yg menjulang tinggi? Jika dasarnya saja rapuh? Cek lagi kegalauan kita hari ini? Apa sdh menggalaukan sesuatu yg lebih luas dan dlm? Atau trnyta hnya berputar pada hal-hal yg dangkal saja? Urusan pekerjaan? Kuliah? Perasaan? Karir? Cek lagi wktu yg kita habiskan sblumnya? Sudahkah menghabiskannya utk menjalani misi spesifik kita sbgai manusia (hamba Allah&khalifah)? -monamelisa

Akan tiba waktunya

Akan datang waktu ketika kita menyerahkan segala sesuatu yg pernah kita cintai dalam hidup ini, segala sesuatu yang memenuhi hati kita, segala seuatu yang memenuhi pikiran kita pada Sang Pemilik Yang Sesungguhnya. Belajar melepaskan keteritakatan pada selain-Nya. Keterikatan pada hal-hal yang berubah, pada sesuatu yang tidak konstan dan sementara. Tentang kepintaran yang kita miliki; katanya kita sekarang bisa kuliah, dapat beasiswa ke luar negeri, karena dulunya kita begitu tekun belajar. Jadilah hingga hari ini kita rela berlelah-lelah, begadang tengah malam, untuk mempertahankan kepintaran itu. Apakah memang demikian? Tentang label aktivis yang melekat pada diri; katanya kita sekarang banyak followers, sering diminta jadi narasumber, aktif sana sini, karena kita begitu pandai sosialisasi dan public speaking. Jadilah hingga hari ini kita rela menghabiskan waktu untuk melakukan ini itu, berbuat ini itu, agar kita tidak melakukan hal yang sia-sia. Apakah memang demikian? Hari ini k

Roller coaster

Roller coaster kehidupan yang hadir dengan ritme yang tidak menentu. Sesaat ingin berteriak keras karena bahagia, sedetik kemudian bisa menangis ketakutan atas kesedihan. Pun sebaliknya . Tiada yang tahu. Dalam sepersekian detik semua bisa berubah. Semakin lama dalam roller coaster perjalanan itu, justru semakin kuat rasanya ingin berserah. Memercayakan kepada Allah atas segala sesuatu yang di luar kuasa kita untuk mengaturnya. Kita diingatkan kembali, bahwa yang tengah terjadi dalam hidup ini tidak dalam kendali kita. Naik turunnya, ke kiri ke kanannya sudah digariskan. Maka bersabarlah atas banyak hal yang sulit engkau mengerti. Karena orang yang kuat itu bukan orang yang tidak menangis ketika hatinya terluka. Orang yang kuat itu bukan orang yang selalu tegar ketika hidupnya sangat runtuh. Tetapi justru sebaliknya. Orang yang kuat itu adalah ia yang selalu merasa tidak baik-baik saja tanpa Allah. Kala ia bahagia, tapi kebahagiaannya tak mendekatkannya pada Allah, ia gelisah. Kala