Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2019

Konsep diri

Salah konsep diri;menyebabkan kurangnya penghargaan terhadap diri sendiri dan kebermanfaatan buat orang lain. Oh, jadi di situ yang harus diperbaiki. Pantas saja sebelum-sebelumnya mona lebih sering ngeluh. Soalnya enggak tahu sama fokus hidup. Dulu, mona suka banget ngebandingin diri mona sama orang lain. Sibuk menghabiskan waktu untuk meratapi kelemahan diri. Merasa bahwa mona ini nggak punya kemampuan, nggak bisa diandalkan, nggak punya potensi, dll. "Iyalah, mona orangnya kan gini..Makanya nggak bisa" "Iyalah nggak mampu ngerjainnya, mona mah apah atuh.." Mindset seperti itu tertanam cukup lama di kepala mona. Yang pada akhirnya membuat mona menjadi orang yang minderan. Akhirnya apa? Akhirnya mona mengalihkan itu semua ke aktivitas yang sia-sia. Salah konsep diri;menyebabkan seseorang menjadi tidak produktif. Karena gagalnya ia mengendalikan energi yang dia punya ke area positif. Akhirnya apa? "Saya ini lesu." "Saya ini lemah." Karena

Untukmu

Kita memang tidak bisa memaksakan hal-hal di luar kendali kita. Ikhtiar itu harus. Tapi apakah buah dari hasil ikhtiar itu sesuai keinginan kita atau tidak, itu mutlak hak Allah. Allah mau mengabulkannya hari ini,  esok, atau Allah ganti dengan sesuatu yang lebih baik. Semua itu adalah sebuah keniscayaan. Tidak sekarang , bukan berarti Allah tak sayang. Barangkali ada hal yang lebih perlu untuk kita persiapkan. Entah itu ruang penerimaan kita yang harus lebih diluaskan atau kita mesti belajar lagi mengecilkan rasa khawatir yang kita ciptakan sendiri. Tidak hari ini, bukan berarti Allah tak peduli. Hanya saja waktu terbaik itu sudah ditentukan jauh sebelum kita hadir di bumi ini. Tidak ada yang terlalu cepat atau terlalu lambat. Semua ini hanyalah tentang cara kita melihat dari kacamata siapa. Kalau memakai kacamata manusia tentulah hasilnya keliru. Maka tunggulah dengan tenang. Tunggulah dengan menjadi sebaik-baik hamba. Bukankah tidak ada yang mendesak kita untuk melakukan ini da

Jika setinya Allah

Jika sejatinya Allah selalu memberikanmu ampunan setiap hari, lantas apa yang membuatmu begitu ragu untuk memperbaiki diri? Perbuatanmu dipengaruhi banyak hal, diantaranya adalah nafsu dan godaan setan. Kamu bisa saja mengulangi kesalahan yang sama berkali-kali. Bahkan saat kamu telah berjanji akan meniggalkan dosa itu, toh kenyataannya kamu mengingkarinya. Lalu, apakah saat itu Allah meninggalkanmu? Tidak, Allah selalu ingin kamu untuk kembali mendekat. Jika sejatinya doa-doa yang kamu langitkan itu pasti dikabulkan oleh-Nya, lantas apa yang membuatmu begitu cepat putus asa? Bahkan sekecil apapun ikhtiarmu, Allah pasti mencatatnya sebagai amal kebaikan. Tidak ada balasan yang lebih baik selain apa yang Allah berikan pada hamba-Nya. Yang perlu kamu lakukan hanyalah mempercayainya. Jika sejatinya kamu tahu bahwa ketetapan Allah untukmu itu adalah yang terbaik, lantas mengapa kamu begitu khawatir dengan apa yang sedang kamu hadapi h ari ini? Boleh jadi inilah hakikat kebahagiaan yang