Seni Menikmati Hidup
Hari ini kita ngerasa nggak sih kalau kita itu disibukkan oleh banyak hal. Rasanya kita pengen aja ngerjain semuanya dalam satu waktu. Kuliah, organisasi, ikut lomba a-z, volunteering, dan lain-lain. Kita seolah-olah sedang melakukan segala hal yang diburu. Sampai kita ngerasa kalau waktu kita itu sempit. Sedangkan kita harus mengerjakan ini, itu. Harus menuntaskan ini, itu. Alhasil, terkadang kita tidak menikmati apa yang sedang kita kerjakan. Karena semuanya terlalu banyak dan sama-sama mendesak.
Kalau dalam islam, bersegera itu berbeda dengan buru-buru. Bersegera itu adalah ketika kita bisa mensyukuri dan memahami setiap prosesnya, dengan syarat kita tahu apa yang ingin kita tuju. Tetapi bukan juga berarti lambat ya, melainkan tetap tenang dan tidak tergesa-gesa. Jadi kita itu diminta untuk fokus pada growthnya bukan pada speed. Bukan gimana cepat kaya, gimana cepat lulus, gimana cepat nikah, gimana cepat punya kendaraan pribadi, dan lain-lain.
Kadang kita suka sekali memikirkan sesuatu yang tidak kita kerjakan hari ini. Sesuatu yang masih imaginer, lalu kita tarik ke dalam waktu kita saat ini. Misalnya mau ujian akhir semester, padahal baru satu minggu lagi, tapi paniknya sudah dimulai dari sekarang. Hal-hal seperti itu yang kadang membuat kita cepat lelah. Karena energi kita sudah terkuras sebelum waktunya.
Lalu bagaimana solusinya jika itu semua sudah terjadi? Pertama, kita bisa menyederhanakan komitmen. Fokus pada peran kita yang paling menguatkan. Kalau pada low impact bisa kita delegasikan. Atau menata ulang kembali peran kita. Selanjutnya yang bisa kita lakukan adalah menyederhanakan tujuan. Coba tujuan kita yang besar itu kita breakdown lagi sehingga kita punya tujuan-tujuan kecil sebagai jalannya. Biar kita bisa fokus dan bisa maksimal dalam mencapainya.
Terakhir jangan lupa mengikat produktivitas kita dengan tujuan penciptaan kita sebagai manusia. Biar lebih berkah, biar lebih mudah, biar lebih indah.
Komentar
Posting Komentar