Pilihan
Sajak-sajak itu kini telah mati. Ditelan buih lautan beberapa tahun
silam.
Yah, walaupun sebenarnya kita
punya pilihan. Tetap saja memaafkan itu perlu. Sesakit hati
apapun kita sama seseorang. Rumusnya tetap sama, tidak ada
manusia yang sempurna. Makanya, sekalipun kita keliling dunia untuk
mencari kesempurnaan, tetap tidak akan pernah ketemu. Ke eropa, amerika, bahkan
ke makkah, no body perfect in the world.
Ada yang umurnya sudah belasan tahun? Atau
mungkin puluhan tahun lebih? Saya yakin sudah menemukan banyak sekali sifat
manusia yang pernah ada disekelilingnya. Dan saya juga yakin, tidak jarang
orang-orang itu menyakiti hatimu. Entah itu lewat lisan, atau
perbuatannya.
Hingga hari ini, mungkin kesalahan itu belum
bisa kamu lupakan sepenuhnya. Manusia punya otak yang bisa bekerja sebagai
memori pengingat. Mereka salah jika menasehati "lupakan saja, hidup terus
berjalan"
Tidak akan ada satupun peristiwa yang bisa kita
lupakan. Apalagi peristiwa itu cukup menguras hati kita. Ya, seperti rasa sakit
hatimu itu. Itu melelahkan, bukan?
Berdamailah dengan kesalahan itu. Berdamailah
meski rasanya tidak mungkin. Bukan berarti sok baik. Biasanya damai itu
menunjukkan ketulusan. Menunjukkan identitas hati pada fitrahnya.
Berbanding lurus dengan kalimat "dalam setiap diri manusia pasti ada
kebaikan"
Ya, kebaikan. Hal yang tidak ada bentuknya namun terasa keberadaannya.
Ya, kebaikan. Hal yang tidak ada bentuknya namun terasa keberadaannya.
Saat kita
punya dzat Yang Maha Pemaaf. Kenapa kita tidak jadi penciptanya yang selalu
memaafkan.
Sekali lagi,
setiap kita punya pilihams
setuju,karena jika kita sakit hati terus menerus maka hati kita akan padam
BalasHapusAih... Hanyut ke dalam kata mu.
BalasHapusBercerminlah pada yang lalu untuk berjalan menuju masa depan
BalasHapusSaya gagal fokus ke bunga bunga yg berjatuhan.. tapi, pasti dimaafkan lah..iya kan?
BalasHapus