Halaman satu
Bukankah halaman demi halaman yang sudah kita buat ini sia-sia? Cobalah jenguk sebentar.
Seperti api yang padam oleh air, tetapi masih menimbulkan asap yang sesak.
Seperti rumput liar yang kerap kali dicabuti, tetapi masih berontak ingin tumbuh.
Seperti rindu yang terobati oleh temu, tetapi malah menimbulkan candu.
Dan seperti aku yang menyukaimu, tetapi masih menyisakan keliru.
Mari kita hentikan, dan mulai dari halaman satu.
Barangkali masing-masing dari kita akan menemui jalan terjal yang berbeda. Entah kau yang akan sampai duluan atau aku. Itu tidak masalah. Bagiku selama kau baik-baik saja saat perjalanan itu sudah cukup. Aku tidak perlu meredam rasa khawatir yang tiba-tiba lagi.
Halaman satu kali ini tak lagi hanya tentang bagaimana kita. Tak lagi tentang canda tawa yang berujung lupa. Tetapi, halaman satu kali ini adalah bagaimana aku melibatkan-Nya. Membiarkan takdir baik-Nya bekerja secara utuh. Sehingga aku tak harus lagi merengek ketika jatuh.
Pada akhirnya, halaman-halaman selanjutnya akan melahirkan hal-hal yang tak terduga. Hal-hal yang jauh dari logika. Hal-hal yang selama ini kita ukur itu buruk, ternyata baik adanya.
Mau memulai lagi bukan?
Komentar
Posting Komentar