Lagi-lagi waktu

Semakin dewasa, kita semakin sadar bahwa; setiap waktu yang terlewat tanpa pemaknaan itu adalah sebuah kebodohan. Kita memang terbiasa dengan rutinitas yang selalu diulang setiap harinya. Dari pagi hingga pagi lagi. Kita lupa bahwa apa yang sudah kita lewatkan tidak mungkin kembali lagi. Kita lupa bahwa yang berlalu itu tidak bisa dijemput kembali. Kita mungkin berhasil menyelesaikan rutinitas tersebut. Tapi apakah rutinitas itu membentuk sesuatu dalam diri kita?

Waktu adalah hal yang tak bisa diperbaharui. Jika ia sudah dipakai maka ia tidak akan bisa diulang penggunaannya. Jika ia habis, maka habislah. Jika ia hilang, maka tidak satupun alat canggih yang bisa mencarinya. Kita harus ingat, bahwa waktu adalah titipan yang punya batas akhirnya. Kalau pemiliknya meminta, maka harus dikembalikan. Siap atau tidak siap.

Waktu yang kita genggam semakin hari akan semakin berkurang takarannya. Diam-diam menyusut secara perlahan. Entah kita menyadarinya atau tidak, tapi itu terjadi. Dan ritme penyusutannya tidak pernah terduga. "Wah, kok sudah sore saja ya" atau "Rasanya baru kemarin masuk kuliah, sekarang sudah mau diwisuda". Dan sekarang, apakah kamu sadar sudah berada di tahun 2019?. Esok lusa, mungkin saat keberadaannya hanya hitung hari kita bisa saja sangat menyesal.  Kenapa hal seberharga itu dengan mudahnya kita lewatkan dengan kesia-siaan?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ambisi

Mati

Menulis itu?