Part 7 -pemberhentian temu-

Hati yang kalut ditengah malam yang belum juga larut. Khawatir. Bimbang. Bingung. Bahagia. Semuanya berkemulut jadi satu. Syahid kurang percaya diri kali ini. Sebenarnya ia sudah cukup sering membuat project seperti ini. Hanya saja, tak pernah sebesar ini sebelumnya.

Tok.tok. Terdengar ketukan 2 kali dari pintu. "Masuklah, Bu". Ibu masuk dan duduk diatas kasurku. Aku segera memutar kursi menghadap ibu.
"Ada apa, Bu?" Tanyaku.
"Ibu tidak tahu. Tapi kaki ibu ingin saja melangkah kesini. Atau sedang terjadi sesuatu padamu, Nak?". Ibu balik bertanya padaku.
"tidak, Bu. Aku hanya sedang banyak pikiran" jawabku seadanya.
"Sudah sholat kan, Nak?"
Sholat? Astagfirullah al'azim. Ku lirik jam sudah menunjukkan pukul 21.18. Aku terkejut.
"Ibu, maafkan aku. Aku belum sholat. Tadi..hmm rasanya pekerjaan ini akan selesai dengan cepat. Sayang sekali jika ku hentikan. Tapi ternyata, sampai sekarang belum juga selesai". Aku terbata-bata memberi penjelasan pada ibu. Sungguh, aku tak berniat menunda sholat sampai selama ini. Tapi..Ah. aku menepuk dahi. Ibu tertawa geli melihat reaksiku yang tidak karuan.
"Syahid Syahiran. Ibu akan memberitahumu satu rahasia besar. Ketika manusia mendengar adzan lalu dalam hatinya terbesit 'pekerjaanku sedikit lagi' maka ketika itu Allah akan menambah pekerjaanmu. Allah akan terus menyibukkanmu. Begitulah bentuk kekecewaan Allah bekerja" aku segera bangkit dan berlari mengambil wudhu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ambisi

Mati

Menulis itu?