Part 2 -pemberhentian temu-

Syahid kembali meneguk secangkir coklat yang ia biarkan ternganga sedari tadi. Minuman itu persis tepat di sudut kanan meja yang sekarang sedang berada dihadapannya. Meja itu juga dipenuhi tumpukan kertas yang berantakan. Ada yang sudah dirobek, diremuk dan ada yang masih utuh bersih. Entah kenapa malam ini syahid begitu kacau. Dia tempelkan kedua telapak tangannya ke wajah. Lalu, dia menundukkan kepala hingga tak ada lagi jarak antara kepalanya dengan meja.

Syahid benar-benar bingung dan linglung. Dia yakin sekali bahwa dia  melihat wanita itu masuk ke dalam sebuah taxi dengan kakinya yang gontai. Atas kejadian itu, syahid merasa waktu sudah mempermainkannya cukup lama. Dia menghirup nafas panjang. Dan segera mengambil wudhu. "Ada apa nak?" Tiba-tiba saja ibu sudah berada di dalam kamarnya. Syahid yang berdiri di pintu memberikan seulas senyum. Dia melihat sorot mata ibu begitu teduh. Sorot mata itu seakan-akan tahu apa yang sedang dialaminya. Syahid kembali masuk ke kamarnya mendekati ibu. "Duduklah". Kata ibu memberi isyarat. "Nak, kau mencintai-Nya hingga kau begitu mencintai ibu bukan?. Bersabarlah dan bertahanlah sedikit lagi." Lanjut ibu. Syahid diam tak menjawab. Untuk malam ini ia biarkan tubuhnya tidur dalam pelukan ibu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ambisi

Mati

Menulis itu?