Part 5 -pemberhentian temu-
"Dalam hidup, ada orang yang berjalan dengan langkah yang benar, tapi tanpa pegangan yang baik. Dan ada orang yang berjalan dengan langkah yang salah, tapi dengan pegangan yang baik. Dua-duanya adalah hal yang berbeda, Syifa". Ucap Yangkung memecah keheningan. Setelah 15 menit tanpa suara, akhirnya Yangkung memulai pembicaraan. Dari kecil, Yangkung selalu mengajarkanku untuk berbagi. Entah itu hal bahagia atau kecewa. Kata Yangkung, berbagi itu berarti memberi. Bukankah Allah Maha Pemberi? Tentu Dia menyukai hamba-Nya yang juga suka memberi.
Aku hanya menunduk sambil memeluk lutut. Aku tidak tahu kemarahan ini untuk siapa. Untuk ayah. Untuk ibu. Untuk Yangkung atau Yangti. Aku tidak tahu. "Nak, kemarilah" Yangkung menggeser sebuah kursi hingga kursi itu sekarang sudah berada di sampingya. Aku bangkit dari sudut teras dan berjalan mendekati Yangkung. "Nak, Yangkung bukanlah orang yang hidup beberapa tahun saja. Sudah 67 tahun. Selama itu, satu hal yang Yangkung tahu. Bahwa Allah tidak akan pernah memberikan kabar buruk atas hidup hamba-Nya. Kita saja yang sering tidak tahu diri." Mata Yangkung lekat memandang ke langit. Memperhatikan langit sore itu, seperti sedang melihat kebun anggur di depan rumah. Indah sekali.
Komentar
Posting Komentar