Senja kesekiankali

Entah kenapa aroma senja kali ini terasa berbeda dari biasanya. Warnanya lebih jingga. Awannya menggepul lara. Tampak ufuk barat mengabarkan bahwa langit sebentar lagi menggelap.

"Apakah kau sedang memikirkan hal yang sama denganku? Tanyanya mengagetkanku.
Maksudmu? Jelas aku bingung. Sedari tadi aku hanya sibuk menelisik langit kala itu. Indah sekali.

"Tentang aku, kau dan sahabat kita yang lain". Ucapnya lirih sambil menolehku".

"Ada apa? Apa ada yang terjadi?" Tanyaku sekali lagi.

"Kau tahu? Aku ingin kita semua tak hanya bersama disini. Aku ingin kita menjadi sahabat sesurga. Aku ingin kita bertemu lagi di jannah-Nya. Tapi rasanya saat ini aku masih gagal". Aku melihat ada genangan air dipelupuk matanya yang siap meluap. Cepat-cepat aku menggenggam tangannya

Aku tidak tahu apa yang mesti ku jawab. Ku tarik napas sedalam mungkin. "Sahabatku, janganlah kau putus asa seperti ini. Kau tahu bukan? Bahwa yang kau rubah ini bukanlah RAGA nya. Tapi HATI nya. Hati ini milik siapa? Allah. Allah lah yang Maha Membolak-balikkan hati hamba-Nya. Maka sahabatku, tetaplah berusaha dan berdo'a. Karena tiada usaha yang sia-sia kata Allah". Aku memeluknya erat dan membiarkan senja menyaksikan tangis kami berdua.

ALLAH, betapa aku iri dengan perempuan ini. Memberi walau harus tak diberi. Semoga aku bisa menyusulnya, memiliki hati sepertinya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ambisi

Mati

Menulis itu?