kamu, iya kamu!



 Cinta memang selalu  terlihat rumit. Tak ada cinta yang sejatinya sederhana. Ia akan hadir dengan kisah-kisah yang terkadang kita sendiri tak mengerti jalannya.  Cinta hadir karena sebuah perasaan. Entah itu berawal dari kekaguman,rasa nyaman,atau apapun bentuknya yang terkadang pun kita sendiri tak benar-benar pernah tau. Dan kali ini,aku pun tak tahu kenapa perasaan ku jatuh padanya.

                Aku mengaguminya. Saat pertama kali tangan tuhan mempertemukan kita dengan takdir yang begitu indah. Saat aku dan dia sama-sama membasuh diri dalam wudhu. Menjawab tanya adzan-Nya. Dan matanya dengan mataku tak sengaja bertemu. Dengan sebuah dinding putih sebagai pembatas nya. Hei dinding! Kau lah saksi bisu atas perasaanku kala itu. 

                Sungguh, biarlah pengharapan ini ku titipkan pada Sang Penguasa Hati. Akan ku biarkan kisah itu membuat jalan cerita nya sendiri. Tanpa harus dipaksa,tanpa harus ada kecemasan,keraguan,dan tanpa harus ada keinginan untuk memilikinya. 

                Aku pernah memiliki perasaan teramat dalam pada makhluk-Nya. Benar-benar amat dalam. Aku sibuk merangkai harap demi harap. Menguntai jalan cerita sendiri. Namun pada kenyataannya semua tak seperti itu. Duhai sang pemilik hati. Entah bagaimana kisah ini akan berakhir. Sungguh aku tak pernah tau sedikitpun. Engkau pertemukan aku dengannya. Engkau biarkan aku menitipkan prasaan ini pada hatinya. Engkau biarkan aku jatuh hati padanya. Amat jatuh hati. Namun, entah kenapa Kau belum memberikan aku dan dia takdir untuk bersatu.  Tak bolehkah?.  Lalu, kenapa perasaan ini tak jua Kau hilangkan?.  Kau  biarkan aku menyayanginya. Amat menyayanginya.

                Dan kali ini hatiku kembali jatuh lagi. Jatuh pada seseorang. Duhai sang pembolak-balik hati. Aku teramat takut akan perasaan ini. aku takut jika pada akhirnya semua  akan mengecewakan (lagi).  Maka biarkanlah perasaan ini ku sembunyikan. Tak ku buka sedikitpun. Biarlah ia tumbuh dalam cangkang yang selalu membuatnya terjaga. Sungguh, aku takut ego ku menyalahkan takdir-Mu (lagi). Aku ingin mencintai nya karna-Mu. Maka biarlah waktu yang mengungkap semua skenario yang hebat ini hingga sampai pada titik dimana dia juga mencintaiku karna-Mu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ambisi

Mati

Menulis itu?