#lia 2
Kilau cahaya matahari perlahan-lahan menembus kelopak mataku memaksanya terbuka. Masih setengah sadar,ku perhatikan setiap sudut tempat keberadaanku. Sepertinya tak asing. Aku masih ditempat yang sama. Samar-samar ku lihat sosok lelaki tua,memakai baju lusuh,dengan tangan kiri memegang sebuah sapu lidi. Ia nampak keheranan menatap ke arah ku. Tiba-tiba saja ia berlari,mendekat. Lalu seluruh badanku serasa berada diawang-awang. Yang terdengar hanya suara kaki berlari-lari kecil. Setelah itu semua gelap. Aku tak sadarkan diri.
****
Diluar hujan masih deras. Beruntung,aku sudah naik metromini sebelum hujan mengguyur ke bumi. Meski jarum jam masih menunjukkan pukul dua,namun langit terlihat amat gelap. Seperti sudah merangkak lamat-lamat menuju malam.Diatas metromini aku sibuk menepuk-nepuk baju sekolahku yang terasa lembab. Dingin,sesak. Orang-orang yang naik metromini lebih ramai dari biasanya. Apalagi ini adalah jam-jam karyawan pulang kantor. Tak ada tempat duduk yang tersisa. Bau-bau aneh juga mulai terasa menempel dihidungku. Metromini,cepatlah. Aku ingin segera sampai rumah,dan menikmati sup hangat buatan ibu yang tak pernah terlupakan ketika hujan.
Aku berlari-lari kecil menuju pintu rumah. Satu dua kali ku ketuk pintu, tak ada yang menyahut. Pintu nya tidak terkunci.
"Ibu,aku pulang". Teriakku
Tetap saja hening. Kemana ibu? Rumah tidak dikunci,namun tak ada orang. Dengan keadaan yang masih kuyup. Masih memakai sepatu dan tas sekolah, ku putuskan ke kamar ibu sebelum mengganti pakaian. Ku lihat,pintu kamar ibu setengah terbuka. Ah,ibu pasti ibu sedang tidur. Cuaca diluar kan dingin. Saat ku tengok ke dalam. Bukan itu semua yang terlihat. Melainkan... Aku menggit bibir sambil memejamkan mata. Kalian takkan percaya apa yang sudah ku lihat. Seketika itu aku langsung berlari ke kamar. Aku,lia. Gadis 17 tahun. Dengan mata kepala ku sendiri melihat kejadian haram itu. Bangsat! Oh hujan, kenapa kau selalu menemaniku disaat-saat mengerikan?
Komentar
Posting Komentar