Lagi-lagi luka

Aku menikmati luka-luka berkepanjangan yang ia tanamkan. Luka itu sudah ku piyuh hingga mengering tanpa terik bola kuning yang menggantung di cakrawala. Ku biarkan ia tergeletak pasrah.

Awalnya ku fikir ini hanya luka biasa. Luka-luka kecil yang sering bertaburan pada anak yang belum tau apa-apa. Tapi makin hari ke hari luka itu makin mengeruyak basah berlendir. Hingga tiada yang mau menyentuhnya. Bahkan aku sendiri.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ambisi

Mati

Menulis itu?