Minta maaf
Aku minta maaf atas jalan panjang yang ku buat lalu tiba-tiba ku tinggali. Beberapa kilometer yang sudah ada itu, bukan berarti aku tak peduli.
Seringkali jejak-jejak kaki ku disana menyorot pikiranku. Apakah kau akan baik-baik saja tanpa jejak kaki itu? Atau kau akan berfikir untuk keluar dari jalan itu.
Aku sudah menunjukimu selama perjalanan. Apa saja yang mesti kau lakukan agar akhirnya kau bisa menemuiku diujung jalan. Sebab, aku tahu tak mudah.
Aku minta maaf tak menyelesaikan bacaan dongengku kala itu. Awalnya kita tak pernah berfikir untuk mendongeng terlalu dalam. Namun, keadaan menjeratku melakukannya. Bukan aku tapi kita.
Kau sadar bukan pada pertengahan jalan aku tersentak?
Aku menyadari bahwa jalan itu sudah mulai lari dari semestinya. Kau sendiri yang memperingatkanku.
Setelah hari itu, selangkah demi selangkah aku mulai memberi jarak padamu. Memberi pengertian, untuk berhenti berjalan beriringan. Kau boleh duluan. Atau aku yang duluan. Itu lebih benar.
Jika sudah begitu, maka kita akan melalui rindu-rindu panjang. Rindu-rindu yang sering menggelayut pada ranting pohon diujung senja. Rindu-rindu yang mengendap tebal pada deretan embun diwaktu subuh. Rindu-rindu yang memangkas luas pada gedung pencakar langit. Dan rindu-rindu yang melesat hebat seperti kilat dikala hujan.
Hingga pada akhirnya, kau akan menemuiku sebagai pendampingmu yang sebenarnya.
Indah bukan?
Komentar
Posting Komentar