Iman

Aku terlalu sering menengok ke kanan kiri. Memperhatikan satu demi satu orang dalam perjalanan. Menyimak satu demi satu perkataan mereka. Banyak. Banyak sekali ragamnya. Kupikir, memang sudah saatnya aku memberi jeda sejenak oleh riuhnya dunia ini. Jeda dari urusan-urusan yang rasanya tak pernah selesai.

Aku harap ramadhan kali ini membersihkanku.

Jika bulan syaban adalah bulannya diangkat seluruh amalan pada bulan-bulan sebelumnya, maka ramadhan adalah bulannya lembaran baru. Lembaran untuk mengisi kembali bagian ruhiyahku yang kosong.

Aku tahu, bahwa imanku selalu saja mudah berganti. Bahkan dalam sepersekian detik; ia berubah. Maka tak ada ketakutan yang paling kutakutkan selain tak mampunya aku mengisi daya iman ini kembali. Saking sibuknya aku mengurusi dunia, aku lupa bahwa iman ini juga butuh dicharger. Butuh diperhatikan. Butuh disiram dan dipupuk agar ia tumbuh mekar.

Yang paling kukagumi tentang iman. Adalah ia tumbuh dan mengakar hanya pada hati orang-orang muslim. Tak ada yang mampu menakarnya. Bahkan diri kita sendiri tiada yang tahu seberapa besar iman ini di dada. Hanya Allah.. Hanya Allah yang tahu. Yang perlu kulakukan adalah mengupayakan bagaimana ia terus menanjak tinggi. Karena kalau bukan karena iman, mana mungkin aku akan merasakan manisnya islam.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ambisi

Mati

Menulis itu?