Cinta?

Sore itu, aku tak sengaja menulis namamu di sebuah sudut kota kecil. Ada sebatang pohon besar disana. Ia menggantung antara tanah dan bangunan tua itu. Mengambang. Akarnya melekat ke dinding. Akar itu cukup besar, sedikit menghalangi dinding-dinding yang sudah lusuh. Tak ada tampak warna apapun disana. Semua pucat pasi. Walaupun orang-orang banyak berlalu lalang, namun tiada satupun yang peduli dengan keberadaan si pohon. Mereka seperti tak melihat apapun disana.

Pernah suatu ketika aku melihat seorang anak  kecil bermain bola di dekat pohon itu. Ia bermain sendirian. Terkadang ia tertawa, lalu tiba-tiba menangis. Lantas, pergi meninggalkan bola itu yang tergeletak begitu saja.

Seperti anak kecil tadi, pohon itu nampak kesepian sendiri disana. Daun-daun nya yang tak begitu lebat. Dengan warna sudah mulai kecoklatan. Tapi batangnya kenapa sebesar itu?. Amat besar.

Aku sengaja membawa sebilah pisau silet ditanganku. Lalu mendekati pohon itu. Ku perhatikan tiap gerutan batangnya. Pohon ini normal. Apa tidak apa-apa jika aku sedikit menggoresnya?.

Sore itu, setelah aku putuskan untuk tetap bungkam atas perasaan yang ku miliki untukmu. Ku abadikan saja namamu di pohon besar dan tua ini. Aku yakin takkan ada yang melihatnya.

Perlahan-lahan silet ini mulai menyentuh si pohon. Tanganku mulai mengukir dengan teknik paling indah yang paling ia bisa.

"syahid, aku mencintaimu". Aku tersenyum lebar menatap tulisan ini lamat-lamat. Setiap huruf dari kata tersebut selalu ku sumpahi. Akhirnya aku tertawa geli. Menyadari, lumuran darah tanganku telah bercampur disana.
Aku menggenggam silet itu terlalu keras. Sama kerasnya seperti ketidakberdayaanku untuk perasaan ini padamu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ambisi

Mati

Menulis itu?