30 DWC dan Menulis Ala Gue

Beberapa tahun belakangan ini dunia kepenulisan semakin sering saya jajahi. Kira-kira sudah berapa kelas menulis ya yang saya ikuti? Lumayan sih, lumayan nguras saku anak mahasiswi wkwk. Maaf jadi curhat. Hari terakhir tantangan boleh dong ya nulisnya agak bebas dikit. Kan judulnya Menulis Ala Gue.

Jadi  30 DWC ini kayak membangun habbit biar nulisnya bisa tiap hari. Karena menggunakan sistem poin gitu. Sebenarnya sih kurang apa ya bagi saya. Soalnya kadang-kadang nulis itu cuma buat ngejar poin. Bukan kebiasaan. Tapi entahlah, namanya manusia selalu harus diberi award dulu biar semangat buat ngelakuin sesuatu.

Lucu dan gregetan sih kalau ngebayangin lika-liku perjalanan nulis saya. Dari yang awalnya nulis tentang cinta, sekarang lebih senang nulis tentang pemaknaan hidup. Mungkin dulu karena lagi galau-galaunya kali. Dan sekarang? Alhamdulillah nggak galau lagi. Padatnya aktifitas jadi ngalihin pikiran soal cinta menye-menye itu.

Apa yang kita tulis adalah cerminan dari apa yang kita rasain bagi saya itu benar. Karena sejatinya kita nulis karena kira ngerasain banyak hal. Contohnya ada penulis yang isi tulisannya tentang nasehat. Sesungguhnya nasehat itu untuk dirinya sendiri. Bukan orang lain. Kalau isi tulisannya tentang perjuangan. Berarti banyak hal yang sedang ia perjuangkan.

Semakin bermakna pengalaman. Semakin bermakna pulalah tulisan kita. Nggak rugi sih kalau kita ikut berbagai komunitas yang bermanfaat. Jadi banyak hal beefaedah yang bisa kita ceritain ke orang-orang lewat tulisan. Mana tau lewat tulisan kita banyak orang-orang yang tersentuh dan memutuskan jadi orang yang lebih baik.

Iya, kan?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ambisi

Mati

Menulis itu?