Aroma
Aku terlambat 5 menit. Kamu, yang sudah duduk di sudut tempat itu memilih tidak menoleh ke arahku. Aku mempercepat langkah. Tidak ingin kamu menunggu lebih lama lagi.
Tanpa kamu persilahkan duduk, aku tetap menggeser bangku itu hingga sekarang aku sudah tepat berada di depanmu. Kamu melirik jam yang melingkar ditangan sambil memasang wajah agak sedikit masam.
"Kamu sudah memesan?" tanyaku. Kamu hanya mengangguk tanpa berbicara. Suasana begitu canggung.
Tak lama kemudian seorang pelayan dari kejauhan terlihat berjalan mendekat ke arah meja kami. Ia membawa dua buah cangkir. Dari jarak satu meter aromanya sudah tercium jelas di hidungku;kopi.
Iya, kopi. Minuman yang selalu menjadi favoritmu ketika marah.
Ternyata, kamu belum juga bisa berubah. Setelah pertengkaran itu, sifat kekanakanmu malah semakin menjadi-jadi.
Komentar
Posting Komentar