Sepakat
Kita pun berangkat dari cara yang sama. Dari kesalahan-kesalahan dimasa lalu. Dari pertengkaran. Dari pencapaian-pencapaian kecil. Dari rasa takut. Hingga dari obrolan ringan.
Kini, kita bertumbuh menjadi sesuatu yang selama ini tak pernah kita pikirkan. Kita menjelma menjadi sosok yang lebih pendengar. Rasanya sudah banyak sekali yang berubah. Pola pikir kita, tingkah kita, hingga tujuan kita di dalam hidup juga sudah berubah.
Dulu, kamu bilang setiap kehidupan selalu ada fasenya. Adakalanya kita berada di fase atas, atau malah berada di fase bawah. Kamu bilang, kita tidak bisa memilih. Tetapi kita bisa mengambil bagian untuk menyikapi fase itu seperti apa.
Kita pernah bersepakat, bahwa kehidupan tidak pernah lepas dari rentetan hikmah. Sepotong peristiwa tidak pernah hadir tanpa ada kebaikan yang menempel di dalamnya.
Kita pernah bersepakat, bahwa apapun bentuk kesedihan bukan datang dengan maksud hanya membuat sedih. Lebih dari itu. Ada rasa bahagia yang diselipkan.
Beberapa tahun setelah itu, kamu memutuskan lebih banyak diam. Katamu, terlalu banyak bicara itu menyesakkan. Dan kamu benci hal itu. Katamu, menjadi pendiam itu menenangkan. Dan kamu menyukainya.
Komentar
Posting Komentar