Penilaian manusia atau Allah?

Lemahnya kita sebagai suatu hamba ditunjukkan oleh suatu sikap di mana kita lebih sering menggantungkan segala pertimbangan, keputusan, dan nilai-nilai dalam diri kita kepada orang lain. Kita menganggap bahwa pendapat dari mereka itu adalah sesuatu yang wajib menjadi tolak ukur atas pencapaian hidup kita.
 
Tak ada yang ingin buruk di mata orang lain. Semuanya berusaha menjadi role paling baik. Karena ternyata hidup menjadi makhluk sosial itu ternyata cukup berat. Ya, manusia adalah makhluk social. Di mana mereka tidak akan bisa hidup tanpa orang lain.

Setiap hari kita berinteraksi satu sama lain. Saling menunjukkan sikap. Saling menunjukkan kepandaian. Sehingga kita lupa untuk apa sebenarnya kita melakukan segala tindakan ini.

Siapalah kita di mat Rabb kita? Pernahkah merenungkan hal demikian? Pernahkah kita menggantungkan segala pertimbangan, keputusan, dan nilai-nilai dalam diri kita kepada Rabb? Ataukah selama ini Rabb hanyalah tempat mengadu ketika kita sudah berada pada titik paling bawah dan tidak ada yang bisa menolong?

“Aku sebenarnya mau pakai jilbab kayak kamu. Panjang dan menutup dada. Tapi nanti kata teman-temanku apa?”

“Semua teman-temanku pacaran. Masak aku enggak?”
Begitu tutur mereka.

Kenapa kia begitu takut dengan penilaian manusia? Lalu bagaimana dengan penilaian Allah? Dzat yang Maha Mencintai kita.

Cantik di mata manusia, belum tentu cantik di mata Allah. Baik di mata manusia, belum tentu baik di mata Allah. Kalau orang-orang itu menyukai kita yang meninggalkan syariat berarti mereka bukanlah teman yang baik. Untuk apa mereka menyukai kita ketika Allah malah sangat benci pada kita?
Apakah hidup kita akan bahagia ketika ridho Allah tidak ada?  

Kalau kamu merasa bahagia ketika kamu meninggalkan syariat. Curigalah, jangan-jangan Allah sudah tidak lagi peduli pada kita. Kita dibiarkan merasa bahagia di dunia, lalu di akhirat akan menjadi manusia paling menderita.

Allah biarkan kamu pacaran dengan segala maksiatnya. 

Allah biarkan kamu membuka aurat dengan segala dosa jariyahnya.

Allah biarkan kamu memakan harta riba.

Allah biarkan kamu menjalankan kehidupan yang tidak sesuai dengan syariat.

“Wahai hamba-Ku, andai seluruh manusia dan jin dari yang paling awal sampai yang paling akhir, seluruhnya menjadi orang yang paling bertaqwa, hal itu sedikitpun tidak menambah kekuasaan-Ku. Wahai hamba-Ku, andai seluruh manusia dan jin dari yang paling awal sampai yang paling akhir, seluruhnya menjadi orang yang paling bermaksiat, hal itu sedikitpun tidak mengurangi kekuasaan-Ku”
(HR Muslim)

Maksiatmu ataupun ketaqwaanmu tidak akan mengubah apapun dari kekuasaan Allah. Allah akan tetap menjadi Dzat yang paling tinggi. 

Tetapi kenapa Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan membenci orang yang bermaksiat? Karena Allah saying padamu. Allah ingin di akhirat nanti kamu menjadi hamba yang dimasukkan ke dalam surga-Nya. Karena surga Allah itu sangat luas. Disediakan special untuk kamu semua, hamba-Nya.










Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ambisi

Mati

Menulis itu?