Perjalanan waktu

Perjalanan waktu selalu mengantarkan kita pada definisi baru dalam kehidupan.
Tentang pilihan, keputusan, kebahagiaan, dan lainnya. Semuanya perlahan berganti sendiri seiring berubahnya prinsip dan value yang kita pegang.

Prinsip itu tumbuh dari perjalanan kita mencari dan memahami ilmu-Nya. Dari apa-apa yang membuat kita belajar dan menemukan hikmah. Dari kejadian-kejadian yang mendidik kita untuk mempunyai sudut pandang yanng baru tentang apa itu yang namanya kehidupan.

Yang dulu terlihat rumit, ternyata begitu sederhana. Pun yang terlihat sederhana, nyatanya tak sesederhana yang kita kira. Cara kita menakar sudah berbeda.

Dulu, pilihan kita hanya seputar mau sekolah di mana, di jurusan apa, dan akan menuntut ilmu seperti apa. Kini pilihan itu berganti;mau berperan di mana, berdaya sendiri atau ikut-ikutan tren, dan menghabiskan waktu dengan aktivitas apa.

Dulu, keputusan itu hanya berangkat dari pertimbangan apakah itu membuat kita senang atau tidak. Sulit atau mudah. Kalau kita senang, kita ambil. Kalau itu mudah, kita lakukan. Kini, keputusan itu jauh lebih serius dari yang kita kira. Karena nyatanya, kita hari ini adalah hasil dari keputusan kita di masa lalu.

Di usia seperti ini kita mulai berpikir tentang keputusan bagaimana menjemput rezeki yang benar, keputusan bagaimana cara menemukan pasangan hidup yang baik, dan keputusan tentang bagaimana mengelola kehidupan agar semuanya bernilai ibadah.

Dulu, kebahagiaan itu hanya lahir ketika kita mendapatkan apa yang kita mau. Kita minta A dan mendapatkannya, maka kita bahagia. Kita ingin C dan kita mendapatkannya, maka kita bahagia.

Kini, tak lagi begitu. Karena kita mulai belajar dengan ranah ikhtiar dan ranah hasil. Kita mulai mengerti dengan konsep bahwa kita tidak bisa mengendalikan apa-apa yang di luar wilayah kendali kita. Sehingga stressor itu mudah disingkirkan dan rasa bahagia itu pun lebih mudah didapatkan.

Kalau tidak sesuai, Allah bilang wabasyirisshobirin. Berilah kabar gembira  pada orang yang sabar. Kalau sesuai, Allah bilang lain syakartum laazidannakum. Jika kamu bersyukur maka akan Aku tambah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ambisi

Mati

Menulis itu?