Belajar melepaskan

Pada akhirnya, tak ada lagi yang harus kita paksaan menjadi milik kita. Yang kita genggam itu cepat atau lambat akan terlepas juga. Sebab kita sadar, yang tergenggam hari ini, bukan berarti akan menjadi takdir kita, bukan berarti selamanya akan menetap dengan kita. Ia bisa saja Allah minta pergi, karena memang waktunya sudah usai untuk menemani.

Pada akhirnya, tak ada lagi yang harus kita paksakan terjadi. Yang terencana itu tidak akan selalu terwujud sesuai dengan ekspektasi kita. Sebab kita sadar, rencana kita bisa saja tidak searah dengan rencana Allah, rencana kita bisa saja bertolak belakang dengan ketetapan Allah.

Sampai saatnya nanti, kita tidak lagi hanya berpikir tentang hari ini. Kita rela menyetel ulang rencana, membiarkan satu dan lain hal bergeser. Mengikhlaskan apa-apa yang sudah terlewat dan mulai mendidik diri untuk lebih mudah menerima.

Ya, sampai saat itu tiba. Saat diri sudah benar-benar sadar secara utuh bahwa hamba Allah itu bukan hanya predikat untuk mengejar apa yang kita mau, tetapi juga menunaikan apa yang Allah mau. Bahwa menjadi hamba Allah itu adalah membiarkan diri bertumbuh dengan bimbingan Allah. Sehingga kita tidak perlu kecewa jika gagal, tidak perlu sombong jika berhasil. Karena lagi-lagi, itu semua karena Allah, kemauan Allah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ambisi

Mati

Menulis itu?