ketika hatiku hanya menyayanginya:')



                 Samar-samar aku mengingatnya. Kesenduan hati mengahampiri tanpa tau ia mau pergi  atau tidak.
                “Banyak hal yang membuat kita gak bisa bersatu”. Jawaban itu seakan tak sulit ku lontarkan. Tanpa terbata-bata maupun kebingungan. Aku tak bisa membuat dia terus menggantungkan harapannya padaku. Aku harus tegas dengan semua ini. Agar luka tak menyayat semakin dalam.
                “maaf”. Batinku.
                Dia tersenyum, sambil berlalu meninggalkanku. Langkah kakinya yang semakin jauh, tanpa kata,hanya sebuah senyuman. Bagaimana mungkin dia bisa melakukannya. Setegar itukah dia?. Aku bergeming. Aku harus mengejarnya. Ya, aku harus menujunya. Tak pikir panjang,ku langkahkan kaki semakin cepat. Berlari mengejarnya. Tersedu-sedu ku menangis. Seharusnya aku bisa mengatakan lebih baik dari itu. Ah bodoh!
                “Do,tunggu!”. Dia terhenti. Namun tak membalikkan badan.
                “Ma..af”. aku menggigit bibir. Kata maaf itu sekarang tlah terlontar. Kata yang seharusnya tak kuucapkan. Karena bagiku kata maaf itu tak ada gunanya. Malah menambah kekecewaan.
                “Untuk apa minta maaf na? Jangan menangis. Kau sangat indah ketika tersenyum. Jangan menggantinya dengan air mata itu.” Bisa-bisa nya dia bilang itu sekarang. Aku mendengus kesal. Ia berbicara namun tetap membelakangiku.
                “Setidaknya kau bisa menoleh kepadaku”.
                “ Na, biarkan kita tetap seperti ini. Biarkan posisi ini membuatku sedikit tenang berbicara denganmu. Aku lelaki. Pantang ku lihatkan lemahku didepanmu. Jangan pancing aku. Aku lemah bila melihatmu menangis. Jangan menangis. Toh sekarang kau telah lega kan? Telah mengatakan yang seharusnya sejak dulu kau katakan kita takkan bersatu”.
                Isakanku semakin keras. Ku tahan. Aku yang menyakitinya. Kenapa aku yang menangis. Tahukah kalian,aku juga terluka. Kenapa?. Karena bagiku menyakiti orang yang menyayangi kita itu sama saja menyakiti diriku sendiri. Bukan sekedar merasa bersalah. Tapi sesungguhnya aku benar-benar terluka. Aku tau dia sedang tak baik-baik saja. Pun dia juga terluka.
                “Tak adakah satu katapun yang ingin kau ucap?”. Aku menelan ludah.
                “ Apa mau mu sebenarnya? Aku diam. Berarti mencoba menerima keputusanmu. Tak bisakah kau hargai itu”. Suaranya meninggi
                Aku mundur selangkah. “semarah itukah kau?”.
              “ Kenapa kau mempertanyakan hal-hal yang seharusnya kau tau jawabnya”.
Aku menunduk. Seharusnya aku berbalik pergi.
                Aku pergi. Tangannya tiba-tiba menahanku. “na, jujur aku menyayangimu. Tapi jika kau bilang banyak hal yang membuat kita tak dapat bersatu. Mungkin yang dapat ku lakukan hanyalah membuat yang banyak itu menjadi sedikit. Tak bolehkah?.  Aku paham. Tapi, asalkan kau tau sesungguhnya di dalam hatiku kau takkan bisa tergantikan. Aku memang tak pantas mempunyai rasa sayang ini untukmu. Namun demi allah aku benar-benar menyayangimu. Na, jaga dirimu baik-baik ya. Mungkin aku takkan ada lagi untukmu. Dan mungkin aku takkan pernah ada lagi didepanmu. Demi kebahagiaanmu aku sanggup pergi sejauh mungkin. Melupakanmu. Walau berat. Tapi aku bahagia. Mungkin fikirmu cintaku belum seberapa. Trimakasih karena kamu pernah memberikan aku kesempatan untuk sedikit dekat denganmu.  Memberikan aku luang. Menjadi temanmu. Mendengar ceritamu TENTANGNYA. Walau sekarang kesempatan itu akan memudar. Namun setidaknya pernah menjadi bagian dalam hidupku”.
                Deg!. Jantungku rasanya tiba-tiba berhenti mendengarnya. Tangisku pecah. Aimata ini tak dapat lagi ku tahan. Ia berderai begitu saja. Tanpa kompromi. Pipiku mengizinkannya berjatuhan begitu saja. Hatiku sakit. Memori mulai mengingatkan ku akan pengorbanan demi pengorbanan yang kau lakukan. Tapi tahukah kau,aku selalu melihat DIA dalam dirimu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ambisi

Mati

Januari 2018