Nikmat
Jadi muhasabah banget sebenarnya, ketika Allah nguji rasa syukur kita dengan sedikit mengurangi nikmat yang selama ini udah kita punya. Kebayang nggak sih saat Allah ngujinya dengan sesuatu yang udah berusaha kita jaga.
Laptop itu misalnya. Yah, tulisan ini sedikit curhat sih. Maklum, semuanyaaaaa ada di dalam laptop itu :( tiba-tiba nggak bisa hidup. Rasanya sebagian jiwaku ikut..... Ah, sudahlah.
Ya Rabbi, sungguh dzalim hamba bersikap berlebihan seperti ini. Ini baru laptop, apalagi jika Allah ngujinya yang lain. Yang sangat berharga sebenarnya, tapi kita sering nggak sadar.
Nikmat iman, mungkin. Kalau Allah ngujinya disitu gimana? Segalau ini ndak? Atau jangan-jangan malah nggak ngerasa apa-apa.
Kalau Allah ngujinya nikmat islam gimana? Sesedih ini ndak? Atau jangan-jangan merasa baik-baik aja.
Mau nangis, tapi malu sama Allah. Hal receh gini aja ditangisin. Terus saat sehari nggak kholas, tahajud ketiduran, duha kelewat kok biasa-biasa aja? Kok nggak nangis juga? Kan, bener dzalim. Harus adil dong, jangan pilih kasih gitu.
Aaaaa, pengen teriak ngeliat diri yang gini-gini aja. Jalan ditempat. Istighfar mon, istighfar. Yaa Muqollib Quluub, Tsabbit Qalbii ‘Alaa Diinika wa ‘Alaa Thoo’athik.
Iya ya...kalo yang hilang sholat, nggak akan seheboh kalau yg hilang materi ya.
BalasHapus😣